Dia yang sempat menghilang, tiba-tiba sikapnya berubah. Lebih
perhatian, lebih manis dan lebih terbuka. Padahal, status kamu dan dia
sudah mantan. Hmm, bisa jadi mantan pengin balikan tuh, sama kamu. Nah,
sebelum menarik kesimpulan, coba deh, cek tanda-tanda mantan ingin
balikan, berikut ini:
Mulai Dengan Bertanya KabarWalaupun
nggak sesering saat pacaran, mantan kini mulai rajin menghubungi lagi.
Awalnya, tentu saja dibuka dengan bertanya kabar, terus lanjut dengan
pertanyaan pamungkas: “Nggak apa-apa nih, kalau aku ganggu kamu? Nanti
ada yang marah lagi.”
Cari-cari KesamaanKalau mantan
tahu kita masih jomblo, biasanya dia mulai tuh, mencari-cari kesamaan
antara kita dan dia. Mulai dari hobi, musik favorit, atau makanan
kesukaan. Adanya kesamaan kita dan dia membuat mantan makin mantap untuk
balikan lagi sama kita.
Mengajak Bernostalgia“Ingat
nggak sih, dulu kita....” Nah, kalau kalimat pembukanya sudah begini,
jelas banget mantan masih terkenang memori manis (mulai dari tanggal
jadian sampai kado) saat pacaran dulu. Dengan mengajak kita
bernostalgia, mantan berharap kita jadi punya chemistry lagi dengan masa
lalu.
Kasih Perhatian LebihMemberi selamat saat tim
dance kita menang, menelepon atau BBM untuk mengingatkan makan dan
sederet perhatian lainnya adalah sinyal kuat mantan masih ingin balikan.
Apalagi, jika sebelumnya dia tergolong cowok yang sangat cuek.
Minta Maaf Untuk Kesalahannya DuluNggak
disangka, mantan meminta maaf untuk kesalahannya dulu selama pacaran
dengan kita. Eits, jangan kaget, lalu mencap mantan yang tidak-tidak,
ya. Bisa jadi, permintaan maaf ini adalah wujud penyesalan terhadap
kesalahan yang sudah pernah dia lakukan ke kita. Jadi, nggak ada
salahnya menerima permintaan maafnya dengan tulus.
Sungguh, cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis. Debu beralih emas. Keruh menjadi bening. Sakit menjadi sembuh. Penjara berubah menjadi telaga. Derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. - Jalaluddin Rumi -
Sabtu, 27 Oktober 2012
Bisnis Gelap 'Like' di Facebook
Para pengguna Facebook yang mengklik link yang berbunyi “Klik ini
jika Anda membenci kanker” bisa jadi mendapatkan kejutan yang tidak
menyenangkan. Link seperti gambar ini tidak berpengaruh apa-apa dan
hanya digunakan untuk mengumpulkan “like” yang akan dijual. Membuat para
penipu online menjadi kaya.
Begitu telah mengumpulkan banyak “like”, halaman itu kemudian dijual untuk mendapatkan uang kepada para pelaku bisnis agar mereka agar terlihat populer.
Sebuah blog yang diposkan oleh Daylan Pearce, ahli mesin pencari di Next Digital di Melbourne, menjelaskan bagaimana cara kerja penipuan (scam) dan menunjukkan bagaimana halaman-halaman tersebut dijual.
Unggahan gambar yang berisi deskripsi seperti “Klik ‘like’ jika Anda bisa melihat harimau”, atau “Berikan komentar dan lihatlah apa yang akan terjadi” digunakan untuk mengumpulkan “like” dan komentar untuk sejumlah halaman.
Begitu halamannya telah mengumpulkan ribuan “like” dan komentar, maka halaman itu akan memiliki posisi tertinggi dalam News Feed para pengguna Facebook. “Like” bagaikan mata uang bagi situs tersebut.
Pearce mengungkapkan bahwa halaman dengan 100.000 “like” dapat dijual seharga $200 (sekitar Rp2 juta).
Pearce menjelaskan dalam blognya, semakin banyak “like” dan “share” dan komentar yang didapat, semakin terbuka pula peluang mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu pendek dan panjang.
Begitu sebuah halaman sudah mendapatkan 700 ribu “like” (dengan cara menipu), maka halaman itu akan dijual ke orang lain yang ingin populer dalam waktu cepat. Informasi halaman pun diubah — bukan lagi soal kanker, binatang dsb tetapi mengenai bisnis.
David Em, peniliti jaringan keamanan senior di Kaspersky Lab berkata, “Situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mengalami peningkatan target kejahatan dunia maya.”
“Alasan utamanya adalah kepercayaan yang dirasakan oleh orang-orang saat berhubungan dengan para sahabat mereka secara online. Orang-orang lebih senang mengklik sebuah link yang dibagikan teman, dan rasa kepercayaan itulah yang dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan di dunia maya.”
Begitu telah mengumpulkan banyak “like”, halaman itu kemudian dijual untuk mendapatkan uang kepada para pelaku bisnis agar mereka agar terlihat populer.
Sebuah blog yang diposkan oleh Daylan Pearce, ahli mesin pencari di Next Digital di Melbourne, menjelaskan bagaimana cara kerja penipuan (scam) dan menunjukkan bagaimana halaman-halaman tersebut dijual.
Unggahan gambar yang berisi deskripsi seperti “Klik ‘like’ jika Anda bisa melihat harimau”, atau “Berikan komentar dan lihatlah apa yang akan terjadi” digunakan untuk mengumpulkan “like” dan komentar untuk sejumlah halaman.
Begitu halamannya telah mengumpulkan ribuan “like” dan komentar, maka halaman itu akan memiliki posisi tertinggi dalam News Feed para pengguna Facebook. “Like” bagaikan mata uang bagi situs tersebut.
Pearce mengungkapkan bahwa halaman dengan 100.000 “like” dapat dijual seharga $200 (sekitar Rp2 juta).
Pearce menjelaskan dalam blognya, semakin banyak “like” dan “share” dan komentar yang didapat, semakin terbuka pula peluang mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu pendek dan panjang.
Begitu sebuah halaman sudah mendapatkan 700 ribu “like” (dengan cara menipu), maka halaman itu akan dijual ke orang lain yang ingin populer dalam waktu cepat. Informasi halaman pun diubah — bukan lagi soal kanker, binatang dsb tetapi mengenai bisnis.
David Em, peniliti jaringan keamanan senior di Kaspersky Lab berkata, “Situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mengalami peningkatan target kejahatan dunia maya.”
“Alasan utamanya adalah kepercayaan yang dirasakan oleh orang-orang saat berhubungan dengan para sahabat mereka secara online. Orang-orang lebih senang mengklik sebuah link yang dibagikan teman, dan rasa kepercayaan itulah yang dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan di dunia maya.”
Jumat, 26 Oktober 2012
Tenang dengan Berenang
SellaPotterheads - Liburan sudah di depan mata, tapi Anda
masih bingung mau ngapain? Let's
go swimming!
Berenang tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga efektif membantu pikiran menjadi lebih relaks dan tenang.
Kolam renang menjadi tempat yang ideal untuk merelakskan sendi yang kaku dan nyeri akibat bekerja setiap hari.
Cobalah berendam di kolam air hangat, karena air hangat dapat membantu melonggarkan kekakuan sendi. Bonusnya, berenang bisa meningkatkan kekuatan tulang, terutama bagi wanita pasca menopause.
Hebatnya, berenang membantu memperbaiki otak menjadi lebih baik melalui proses yang dikenal sebagai neurogenesis hippocampal, dimana otak menggantikan sel yang hilang akibat stres.
Rutin berenang juga memiliki keuntungan yang sama seperti latihan aerobik. Berenang minimal 30 menit setiap hari bisa mengurangi risiko penyakit jantung koroner hingga 40 persen.
Bahkan, bagi Anda yang susah tidur malam, berenang menjadi cara ampuh menyembuhkan kebiasaan buruk ini. Ketika berenang, seluruh tubuh kita bekerja dengan baik, termasuk pernapasan.
Badan bugar dan ditambah bonus tidur lelap berkualitas. Fantastic!
BALI TO REMEMBER
On
31st May 2012, I went to Bali with my friends of state junior high school for
four days. We went to Bali rode 3 bus. And I was in a bus 1 with the full
facility. There is some AC, and six LCD for watched a movie.
Right
at 9 p.m. we left our school to came to Bali. In my heart said, "Bali i'm
coming" I was happy at that time. Because, this is my first time I came to
Bali. In bus, my friends sang a song and played guitar together. But, I can’t
enjoyed that moment, because I had a headache. I just slept in the bus, without
heard anything.
In
the midnight, around at 1 a.m. we arrived at the Ketapang’s Harbour. After
that, we got off the bus to board the ship. During twenty minutes in the ship,
finally we arrived at the Bali Island. The air was so coldly. Until, I must
wore my jacket.
At 05.30 a.m. WITA we prayed together at the nearest
mosque. And also, we cleaned our face and ate some breads. Then we continued
our journey in Bali. The first planning, we would went to the Sanur beach. But,
because we were late we must cancelled it.
In
the bus, I just slept. Because I was so tired. Until I woke up I had arrived at
the restaurant to had a breakfast. Breakfast menu for this morning is “Rawon”.
I was enjoyed my breakfast. Because I was so hungry. Although I had headache I
was so happy because I can inhaled Bali’s air.
After
that, we went to Krisna “The Center Souvenirs in Bali.” I bought some souvenirs
for my family. And also my friends. They bought some souvenirs to their family.
After that, we went to our hotel. The named is “Green Villas Hotel.” That
located in the near of Ngurah Rai’s airport of Bali.
The
second day we visited some location of tourism. Such as, Tanjung Benoa,
Dreamland beach, Kuta beach, etc. One full day, we spent our time for vacation
until we felt tired. We did some activities there. Such as, we tried to talked
with the foreign tourists from Brazil and took a picture with them. And I
laughed with my friends because my joke. I felt happy there. Because I can
released all my problems.
In the Third day, we prepared to left Bali. We
prepared to came back home. This the best experience that I ever had. And I
want to repeat once again.
True Love Nadia & Fandy
Suara gemuruh
hujan dan petir lengkap menemani kepiluan hati Fandy saat ini. Di ruang tengah
tempat berkumpulnya sebuah keluarga Fandy duduk tertunduk dengan wajah pasrah
dan sayu. Ia hanya mampu berkata ‘ya’ dalam sebuah rapat tak tertulis ini.
Walaupun sebenarnya hatinya menyangkal tuk berkata ‘ya’. Fandy memang seorang
yang kalem dan penurut. Namun dibalik hati indahnya terselubung sifat
pemberontak yang ia tidak tau cara mengungkapkannya.
“Setelah lulus SMP, kamu dan adik
kamu ayah sekolahkan ke Tangerang. Dan kita sama-sama akan tinggal di sana . Karena pekerjaan
ayah yang menuntut kita pindah ke sana .
Untuk itu siapkan dari sekarang nilai kalian. Karena pasti akan sulit mencari
sekolah yang bagus jika nilai kalian buruk.” Ujar ayah.
“Lalu siapa yang menjaga rumah ini,
ayah?” Tanya Fandy.
“Rumah ini akan ditempati sama om
dan tante kamu. Mereka yang akan menjaga rumah ini selama kita pergi. Tenang
saja Fandy. Setelah pekerjaan ayah selesai, kita pasti akan langsung kembali ke
sini. Lagian Tangerang kan
masih termasuk wilayah Pulau Jawa. Jadi kita bisa sesekali ke sini menengok
kabar saudara di Jember.” Jawab ibu dengan lembut.
“Fandy bisa tidak sekolah di sini
saja? Fandy tinggal dengan om dan tante saja.”
“Tidak!!! Siapa yang mau menjaga
kamu disini? Om dan tante kamu itu orang
sibuk. Nggak ada yang ngawasin kamu di sini.” Sontak badan Fandy tersentak
mendengar penuturan ayahnya yang jelas tidak bisa diganggu gugat. Fandy pun
semakin tertunduk dan tanpa sadar menetes lah bulir-bulir air mata dari pelupuk
matanya. “Iya ayah.” Lagi-lagi Ia harus berkata ‘ya’ untuk sebuah keputusan
yang sangat bertentangan dengan isi hatinya.
*****
Jam telah menunjukkan pukul 23.00
WIB. Tapi tetap saja kedua mata Fandy tak mau menutup. Ia masih gelisah
memikirkan penuturan ayahnya tadi sore. Sebenarnya hanya satu nama yang telah
membuatnya ragu untuk ikut pindah ke Tangerang. Satu nama spesial yang cukup
lama bernaung di hatinya. Nadia Jihan Rahmawati. Seseorang yang berhasil
menyihir perasaan seorang Fandy Rasfian.
“Aku harus segera mengutarakan
perasaanku. Aku nggak mau menyesal nantinya.” Gumam Fandy. Lalu dengan sigap ia
mengambil ponsel-nya dan dengan lincah ia menekan huruf-huruf yang tertera di ponsel-nya.
Nad, plg skul q tgg d dpn kls 9a
Q mw ngmg sesuatu
Beberapa saat
kemudian muncullah balasan yang ia tunggu.
Mw ngmg ap?
Iy sdh
Balasan yang
singkat dan jelas ini mampu membuat Fandy kembali tenang dan ingin cepat-cepat
menyegerakan tidurnya.
*****
Pagi yang indah ini membangunkan
niat Fandy untuk segera berangkat ke sekolah. Ia ingin segera mengutarakan
perasaanya dan bisa pergi dari kota
Jember dengan tenang. Sabtu ini memang tidak ada pelajaran di sekolahnya. Hari
sabtu selalu diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan
bakat siswa. Dan hari sabtu adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua
siswa SMPN3Jember. Karena pada hari ini mereka bisa bebas berekspresi tanpa
harus terbebani oleh pelajaran.
Tapi tetap saja, sabtu ini adalah
hari yang paling menegangkan bagi fandy. Karena di hari ini ia harus siap
menerima segala jawaban sekaligus resikonya jika ia jujur tentang perasaannya.
Bel pulang telah berbunyi tiga kali.
Murid-murid banyak yang berhamburan ke luar pintu sekolah sehingga
mengakibatkan kesesakan yang parah. Di depan pintu kamar mandi pria, fandy
masih berdiri dengan gelisah. Dengan ditemani sahabat setianya Lesmana.
“Sudahlah nggak usah ragu-ragu kalau
mau mengutarakan perasaan itu. Cepat samperin dan katakan apa sebenarnya
perasaanmu. Kalau begini terus kapan dia mau tau. Yang ada malah penyesalan
nantinya.” Bulir-bulir keringat masih berjatuhan dari kepala fandy. Badannya
pun masih mengeluarkan keringat dingin. Wajahnya merah tampak menunjukkan
ekspresi gugup dan tangannya gemetar. Sungguh tak biasanya ia seperti ini.
Semasa masih menjalin hubungan dengan mantan-mantan pacarnya ia tak pernah
segugup ini. Hanya nadia lah yang dapat membuat fandy berubah bentuk seperti
ini.
Dengan sedikit paksaan dari
sahabatnya, fandy memberanikan diri menuju ke depan kelas 9a. Disana telah
duduk seorang cewek berjilbab yang tengah membaca buku. Dengan ragu fandy duduk
di sebelahnya walaupun agak sedikit jauh.
“Hai!” Dengan sekuat tenaga fandy
memberanikan diri untuk menyapa.
“Hei, sudah lama?” Jawab nadia
sambil tersenyum.
“Seharusnya aku yang tanya ke kamu,
sudah lama nungguin aku?”
“Enggak kok. Baru sepuluh menit.”
Mendengar jawaban nadia, fandy tersenyum dan suasana pun kembali hening. nadia
dan fandy tampak berkemelut dengan pikirannya masing-masing. Walaupun nadia
membaca buku namun hatinya masih bertanya-tanya kenapa fandy mengajaknya
bicara. Dan apa sebenarnya yang akan dibicarakannya.
Fandy pun begitu. Sambil memainkan
jari tangannya, ia masih bingung harus memulai dari mana. Pikirannya seolah tidak
sejalan dengan hatinya. Ia pun mencoba menenangkan dirinya sambil mempersiapkan
dari mana ia harus bicara. Belum lagi usahanya membuahkan hasil, ponsel-nya
berdering. Tanda SMS masuk.
Cepetan bro!
Km gmw kan mangsamu lepas
cm gra2 gmw mati bosan
nungguin km bk suara?
Ayo semangat!
Km pasti bsa!
“Nadia, aku mau ngomong sesuatu.” Akhirnya fandy
buka suara.
“Iya?”
“Aku… aku… aku… “ Bulir-bulir
keringat kembali berjatuhan di pipinya. Nadia masih menunggu dengan antusias.
“Aku… aku cinta…..eh, aku mau pindah
ke Tangerang.” Lanjut fandy.
“Kapan?” Tanya nadia.
“Setelah lulus SMP ini. Aku
sekeluarga mau pindah ke Tangerang. Karena pekerjaan ayahku yang menuntut kami
harus pindah. Tapi mungkin tidak lama. Setelah pekerjaan ayahku selesai, aku
akan kembali ke jember.” Sontak tubuh nadia kaku dan lemas. Seperti ada ribuan
beton yang tengah menindih hatinya. Dadanya sesak dan tak mampu berkata
apa-apa. Ia tidak ingin berpisah dengan fandy karena satu alasan yang tidak
dapat ia ungkapkan. Ia mencintai fandy. Sangat mencintainya. Dan tidak ingin
jauh ataupun berpisah dengannya. Tapi ia tidak mampu mengutarakannya karena
status gender-nya yang sebagai cewek
dan ia tidak mungkin memulai.
“Oh,” Hanya kata itulah yang mampu
keluar dari bibir manis itu.
Fandy agak kecewa karena tak mampu
berbicara yang sesungguhnya. Begitu pula lesmana sahabatnya. Ia memantau dari
jauh dan nampak kecewa akan hasil yang dilihatnya.
“Nggak ada yang perlu dibicarakan
lagi fan? Kalau hanya itu aku mau pulang.”
Nadia agak kikuk berada disamping fandy. Dan ia ingin cepat pulang untuk
menenangkan pikirannya. Dan bodohnya fandy malah mengijinkan nadia pulang. Nadia
pun membereskan bukunya dan pergi dengan hati bimbang.
“Nadia…” baru selangkah berjalan, fandy
memanggilnya kembali.
“Iya?”
“Masih ada yang ingin aku
bicarakan.” Nadia pun berbalik dan kembali duduk di samping fandy. Dengan
sekuat tenaga fandy memberanikan diri menatap mata indah nadia tepat di manik
matanya. Tak ayal lagi bulir keringat pun berjatuhan di pipinya. Dan raut wajah
fandy berubah warna menjadi merah. Namun ia tidak mau menunggu lagi. Ia ingin
segera bebannya teratasi.
“Aku… c…cc….c…iii….nta, aku
s….ss….uu…ka, a..ku… sa….yyy…aa..nngg kka..mmu, nad.”
“Apa, fan? Kamu kenapa sih? kok
ngomongnya tiba-tiba gagap?”
“Aku…aku….aku…aku cinta kamu nad.
Aku suka kamu nad. Aku sayang kamu nad. Dari dulu waktu kamu datang ke
kehidupan aku. Kamu yang memotivasi aku. Kamu yang membuat aku semangat nad.
Aku sayang kamu nad. Lebih dari sayang, lebih dari cinta, lebih dari suka.”
Mendengar pengakuan fandy yang tulus, nadia menangis. Ia tidak tahu perasaan
apa yang sekarang ada di hatinya. Yang jelas perasaan senang, sedih, dan haru bercampur
jadi satu. Melihat perubahan reaksi nadia, fandy jadi semakin merasa bersalah.
Ia takut ucapannya telah mengusik bagian yang paling sensitif dari nadia. Dan
ia paling tidak bisa melihat orang yang dicintainya menangis.
“Nadia jangan menangis. Aduh, aku
minta maaf nad jika aku telah menyinggung perasaanmu. Maafkan aku ya? Tolong
jangan menangis. Aku paling tidak bisa melihatmu menangis. Aku minta maaf
karena telah blak-blakan mengutarakan perasaanku. Anggap saja ucapanku yang
tadi nggak pernah ada nad.”
“Kamu nggak salah fandy. Aku
menangis karena kita nggak bisa bersama lagi. Kita terpaut oleh jarak yang
sangat jauh. Sebenarnya aku juga sayang sama kamu. Lebih dari sayang, lebih
dari cinta, lebih dari suka. Dari dulu fandy aku simpan perasaan ini.“
mendengar jawaban nadia, fandy tersenyum bahagia.
“Kita bisa pacaran jarak jauh kan nadia. Kita bisa
berhubungan lewat ponsel dan facebook.”
“Tetap saja nggak bisa. Aku tidak
diperbolehkan pacaran sekarang. Aku juga harus serius sama belajarku dulu.
Tunggu aku empat tahun lagi fandy.”
Sontak tubuh fandy kaku tak berdaya.
Seolah ada ribuan tampar yang tengah mengikat tubuhnya. Perasaannya juga campur
aduk. Antara bahagia dan sedih. Namun lagi-lagi ia harus pasrah dan harus
berkata ‘ya’ pada sebuah keputusan yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Tidak apalah. Yang penting beban ini sudah berkurang.
Dan aku sudah tau perasaan nadia yang sebenarnya. Setidaknya itu bisa
menenangkanku. Batin fandy.
“Jika kita ditakdirkan bersama, kita
pasti akan bertemu lagi. Walaupun banyak rintangan yang berusaha menghalangi
kita. Jangan pernah ragu akan kebesaran Tuhan. Aku pulang dulu ya?” nadia
meninggalkan tempat dengan perasaan bahagia bercampur haru. Fandy masih
termangu mencoba mencerna kejadian yang ia alami saat ini.
*****
Hari ini adalah hari pengumuman
kelulusan yang sangat ditunggu-tunggu oleh siswa. Ada yang bahagia karena yakin akan lulus. Ada yang takut karena tak
yakin akan lulus. Dan ada yang pingsan karena tak kuat melihat hasil yang akan
diperolehnya. Tapi yang jelas hari ini adalah hari yang paling tidak fandy
tunggu. Karena hari ini tepatnya nanti sore ia akan pergi meninggalkan jember.
Untuk memulai hidup baru di Tangerang. Fandy sudah tidak memikirkan hasil yang
ia terima nantinya. Ia hanya ingin tidak cepat-cepat berpisah dengan nadia.
Di sudut lain, nadia pun sama
seperti fandy. Tampak gelisah bukan karena hasil UAN. Melainkan gelisah karena
takut berpisah dengan fandy. Nadia tau hari ini adalah hari ia harus berpisah
dengan fandy. Pilu rasanya jika ia mengingat masa-masa indah dengan fandy.
Masa-masa ia tertawa bersama, masa saat fandy menghiburnya di kala ia sedih.
Sungguh ia rindu masa-masa itu. Dan jika nadia diberi satu permintaan sekarang,
ia akan meminta untuk membalikkan waktu yang ada. Ia ingin kembali pada
masa-masa dulu.
Di depan kelas 9a, nadia dan fandy
tampak bersama dalam suasana hening. Mereka ingin mengucapkan salam perpisahan.
“Selamat ya dengan kehidupan barumu
di Tangerang? Semoga bisa cepat menemukan pasangan.”
“Selamat juga dengan kehidupanmu di
sini. Semoga empat tahun lagi perasaanmu masih tetap sama seperti sekarang. Aku
tidak akan mencari penggantimu nadia. Aku sudah yakin untuk mencintaimu. Jadi
jangan pernah berpikir aku akan bersama orang lain disana. Pasanganku ada
disini bukan disana.” Mendengar pengakuan fandy yang tulus, nadia tercekat. Ia
tidak menyangka fandy akan begitu cinta padanya. Nadia pun hanya tersenyum
menanggapinya.
*****
Tujuh
tahun kemudian
Hari ini di kusuma convention hall jakarta
diadakan perkumpulan rapat para dokter se-indonesia. Atau istilahnya rapat
IDI (Ikatan Dokter Indonesia ).
Nadia datang sebagai penghibur pada acara tersebut. Ia memainkan alat musik
biola untuk menghibur para dokter pada acara rapat IDI ini. Baru sebulan
kemarin nadia telah diwisuda dari fakultas kedokteran UNAIR Surabaya dan resmi menjadi dokter muda sekarang.
Dengan apik dan sempurna nadia memainkan
biola kesayangannya. Ia membawakan lagu One more time yang menjadi soundtrack film 5 cm / sekon. Dengan
penuh penghayatan ia memainkannya sehingga terdengar sangat indah. Para penonton terpukau oleh penampilannya. Begitu pula
dokter pria muda yang duduk di bangku pojok belakang. Ia begitu terpesona
melihat penampilan nadia.
Suara riuh tepuk tangan memenuhi
seluruh gedung ini. Nadia berhasil menyihir para penonton yang notabene adalah
para dokter senior yang telah berpengalaman. Ini kali pertamanya ia mengikuti
rapat IDI. Sehingga nadia agak gugup untuk menampilkan permainan biolanya.
Tepat pukul 16.00 WIB rapat IDI
selesai. Selama 7 jam rapat IDI berlangsung membuat nadia lelah dan gerah. Ia
ingin segera pulang dan cepat-cepat membasahi tubuhnya. Di depan pintu utama hall nadia disalami oleh para dokter
yang terpukau dengan penampilannya tadi.
“Dokter, selamat ya. Sungguh saya
terpukau dengan penampilan anda tadi. Penampilan anda sangat bagus. Anda juga
sangat menghayati. Apa lagu itu mempunyai arti yang dalam bagi dokter?” nadia
hanya tersenyum malu-malu menanggapinya. Karena memang benar. Lagu yang ia
nyanyikan mempunyai arti yang dalam baginya. Lagu itu mengingatkannya pada
seseorang yang sangat ingin ia temui dari dulu.
“Selamat ya dokter nadia. Ternyata
kamu masih sama seperti dulu. Kamu masih sangat mempesona.” Nadia tercengang
melihat orang yang menyalaminya. Orang itu adalah orang yang telah lama ia
tunggu. Ia juga sama memakai jas putih yang didalamnya memakai hem panjang
bergaris warna biru. Dan rambutnya masih sama seperti dulu. Masih licin dan
rapi. Walaupun terkesan awut-awutan. Wajahnya mencerminkan wajah seorang yang
berpikir. Ia sangat tampan. Matanya sangat indah walaupun memakai kacamata.
Orang itu adalah Fandy Rasfian. Cinta pertamanya pada saat SMP.
“Kenapa bengong? Kaget ya ngelihat
aku? Ikut aku yuk.” Fandy menggandeng tangan nadia dan mengajaknya ke suatu
tempat.
“Kamu kok bisa disini fan?”
“Pertanyaanmu aneh deh. Aku disini
ya karena aku seorang dokter. Kalau bukan dokter aku nggak akan disini kan . Lagian Biasanya
orang yang udah lama nggak ketemu itu pasti akan tanya kabar.” Nadia terkesiap
mendengar komentar fandy. Sungguh ia sangat gugup tadi sehingga tidak tau akan bicara apa.
“Oh ya apa kabar?”
“Kabar aku ya seperti sekarang ini.
Apalagi setelah ketemu sama kamu. Kabar aku jadi tambah baik. Gimana? Udah
bersuami?” Tanya fandy langsung. Sehingga membuat jantung nadia berdetak lebih
cepat.
“Belum.”
“Kalau calon suami?”
“Belum juga. Belum ada yang cocok.
Kalau kamu sudah punya istri?” Cukup lama fandy berpikir. Raut wajah yang tadi
tenang kini menjadi tegang. Tapi tak seperti dulu. Tak terlihat buliran
keringat mengalir dipipinya. Hanya raut wajahnya yang menyimpulkan sarat
bingung.
“Untuk istri, aku belum menikah.
Tapi kalau calon aku sudah punya.” Jantung nadia berdetak makin cepat. Perasaan
hancur semasa SMP dulu kembali terjadi hari ini. Namun sekarang seolah terasa
ratusan ribu beton menindih hatinya. Dan sejuta tampar mengikat tubuhnya. Ia
tak mampu bicara. Ia ingin menangis, tapi tak bisa.
“Siapa?”
“Seorang dokter muda.”
“Oh. Selamat ya? Semoga kalian
bahagia. Dan langgeng. Kalau begitu aku pergi dulu.” Dengan langkah gontai nadia
pergi meninggalkan taman hall. Namun fandy
berhasil mencegatnya.
“Nadia…..”
“…. Untuk kedua kalinya, bolehkah
aku menitipkan hatiku ini padamu? Maukah kau menjadi pendamping hidupku?” nadia
terkesiap. Ia tidak mampu berkata-kata. Ia mengira fandy hanya bercanda. Tapi
tampaknya tak mungkin. Melihat raut wajah fandy yang sangat serius.
“Kamulah calon pendamping hidupku nadia.”
Fandy tersenyum tulus.
“Kamu mengerjaiku ya? Kamu bilang
kamu sudah punya pendamping. Sialan!” nadia menimpuk fandy dengan tas prada ungu-nya. Fandy pun berusaha
menghindar. Tak ayal lagi, adegan kejar-kejaran pun tak terelakkan. Mereka
berdua sampai menjadi tontonan banyak para dokter.
JJselesaiJJ
Annisa Pinastika (Pipin)
Masih terekam
dengan jelas awal pertemuanku dengan dia. Di dalam angkutan umum berwarna
kuning yang berlambang huruf D. Yang artinya jurusan kampus. Aku dan dia memang
sering naik kendaraan ini jika waktu pulang telah tiba. Dan memang rumah kita
searah. Hanya saja rumahku lebih jauh daripada rumahnya.
Saat itu, aku dan gita temanku
se-Lin sudah duduk di kursi penumpang dengan tenang sambil melepas kelelahan.
Lalu, setelah itu naiklah dynda dan nandia dan akhirnya disusul olehnya. Di
dalam Lin, aku dan dia berkenalan. Awalnya, dia dulu yang tanya namaku, gita,
dynda dan nandia. Dia yang pertama kali mengajak ngobrol kita berempat. Hingga
aku yang awalnya tidak akrab dengan dynda dan nandia bisa menjadi akrab karena
dia.
Kesan pertama, aku senang berkenalan
dengannya. Terlihat jelas olehku dia adalah orang yang sederhana, apa adanya,
tidak angkuh, dan tentunya ramah dan baik. Aku sampai berandai-andai agar aku
bisa sekelas dengannya. Hingga impian itu terwujud ketika aku naik ke kelas 8.
Kita dipersatukan oleh guru BK di kelas 8f. Tapi di awal semester aku dan dia
masih belum begitu akrab dan dekat. Kita ngobrol juga hanya sebatas ngobrol
tentang pelajaran atau apalah.
Semester II kelas 8 aku, ucha, dia
dan tyan sudah mulai dekat bagaikan sahabat. Karena kita sering satu kelompok
jika ada tugas berkelompok. Dia juga memiliki kesamaan denganku. Sama-sama suka
tidur dimanapun dan kapanpun dan sama-sama lemot dalam bidang ilmu hitung. Dan
ujung-ujungnya, ucha dan tyan yang harus rela mengajari kami sampai mati overdosis mungkin. Karena mulutnya yang
berbusa karena kami tak kunjung mengerti.
Semester pertama kelas 9, aku dan
dia sudah dekat dan lengket sekali. Kami pun sering sharing tentang masalah kami. Aku curhat ke dia dan dia dengan
ikhlas memberikan saran kepadaku. Teman-teman yang lain pun juga begitu. Mereka
sering meminta saran kepadanya. Karena memang semua nasehatnya selalu dapat
membangkitkan kembali hati yang terpuruk.
Tapi ada satu lagi sifatnya yang
mampu membuatku penasaran. Dia misterius dan tidak bisa ditebak. Dia bagaikan
bom waktu yang bisa kapan saja meledak-ledak. Dan jika sudah seperti itu, kita
temannya harus mengerti dan harus memberikannya waktu sendiri.
Dia adalah seorang yang penyayang.
Dan dia tidak akan membiarkan sesuatu yang sudah disayangnya akan luka dan
cacat sedikitpun. Kepada barangnya sendiri saja dia sangat teliti dan
hati-hati. Jika ada bukunya yang kusut sedikit dia sudah ngambek dan bingung
bagaimana caranya merapikan kembali. Kepada teman dekatnya pun dia mampu melindungi
dan mengayomi bagaikan seorang ibu. Dia tak akan pernah membiarkan teman
dekatnya menangis. Dan dia dengan ikhlas akan memberikan bahunya sebagai
sandaran untuk menangis. Dan dia rela memberikan tangannya sebagi tissue untuk menghapus air mata teman
dekatnya. Termasuk aku. Dia selalu menghiburku ketika aku telah terpuruk oleh
masalahku yang terkadang hanya masalah sepele.
Dia mampu mengayomi semua temannya.
Mampu merangkul semuanya tanpa pandang bulu. Meskipun orang itu pernah
menyakiti hatinya, dia tidak pernah dendam dan marah sampai berlarut-larut.
Terkadang aku banyak belajar darinya dalam mengatasi masalah. Karena walaupun
dia sering menjatuhkan air mata karena tak mampu membendung semua masalahnya
dia mampu mengatasi semuanya dengan tawa.
Pernah suatu waktu dia merasakan
kesunyian karena sendiri. Dia butuh seseorang yang mampu mengisi relung jiwanya
yang kosong. Namun kuyakinkan padanya, jika kesepian itu tidak semua karena
tidak mempunyai pasangan. Dan dia mampu menerima nasehatku. Dan tak lama
kemudian dia kembali tertawa dan melakukan hal kegilaan dengan aku dan muti.
Dia jugalah orang yang paling
mengerti akan perasaanku. Dan dia adalah orang yang paling care diantara kami bertujuh. Dia yang memberiku semangat dan dorongan
agar aku bisa mengungkapkan perasaanku pada rasta. Walaupun itu semua tak
pernah aku lakukan karena rasa maluku yang begitu besar. Tapi dia tak pernah
bosan mendengar semua curhatku yang terkadang nggak penting. Dan dia lah yang
meyakinkanku jika suatu saat rasta pasti akan mencintaiku. Dia juga yang
memberi julukan nama gradien pada rasta. Alasannya rumus gradien adalah y/x
yang artinya rasta atau y*** diatas segala-galanya bagi x atau sella. Dan
memang arti dari gradien sendiri adalah suatu kemiringan garis. Dan memang
orang yang aku cinta sudah agak miring otaknya karena dia suka usil, nakal, dan
gila.
Sebenarnya, jika masih belum
mengenalnya dan belum memahami wataknya semua orang beranggapan dia itu orang
yang angkuh, egois atau apalah. Tapi sebenarnya anggapan itu salah sama sekali.
Itu hanya pendapat orang yang masih belum mengenalnya dengan baik. Karena aku
sudah dua tahun bersama dengan dia dan aku sudah mulai memahami wataknya. Dan
aku juga sudah tau kapan dan bagaimana dia jika sedang sedih dan senang.
Kesimpulannya, sangat sulit mencari
orang yang sebaik dia. Walaupun dia orang yang sensitive karena jika marah emosinya meledak-meledak, terkadang dia
juga bisa lembut selembut hati ibu. Mungkin akan sedih hatiku jika suatu saat
aku tak bersamanya lagi. Tapi aku hanya berharap kepada Tuhan agar selalu
menjaganya, menyejukkan hatinya dan membahagiakan dia dimanapun dan kapanpun.
Aulia Rafikasari (Ucha)
Awalnya kukira
dia adalah seorang yang angkuh, sombong dan apalah. Yang jelas kesan pertama
kali aku bertemu dia di bangku kelas 8 aku sudah nggak suka sama dia. Dan
setelah ku tau, dia duduk di bangku depanku aku sudah mulai merasa nggak ngeh
sama dia. Dia duduk sama pipin sahabatnya. Orang yang sudah aku kenal baik
sejak kelas 7 di Lin. Di situlah aku mulai membeda-bedakannya dengan pipin
orang yang sangat baik dan ramah. Beda sama dia yang pada saat itu hanya diam,
diam dan diam tanpa ada seulas senyum yang tersungging dari bibirnya. Memang
sih, dia cantik dan pintar. Tapi entah kenapa kesan pertama aku sudah nggak
suka sama dia.
Tapi aku tak menjauhi dia. Aku
mencoba untuk mendekati dia karena aku memang penasaran sama sifatnya. Karena
aku yakin dibalik sifat awalnya yang seperti itu, pasti tersimpan sifat yang
asyik untuk diajak berteman. Usahaku berhasil. Setelah beberapa bulan kita
sekelas, aku dan dia sudah mulai ngobrol tentang beberapa hal. Awalnya aku
hanya meminjam sebuah stippo lalu
berlanjut dengan aku tanya nama FB-nya dan aku jadikan dia sebagai saudara
perempuanku di aplikasi FB-ku. Dan akhirnya kita bisa ngobrol sampai ke banyak
hal.
Setelah kelas kita dipindah di kelas
atas, disitulah awal dari kebersamaan kita. Aku sudah tidak duduk dengan vitta
temanku kelas 7 dulu. Aku duduk dengan jean, maya dan tyan yang terakhir. Aku
memang tidak pernah cocok duduk sama teman selain teman SD-ku. Biasanya jika
ada tugas kelompok, aku selalu berkelompok dengan sherly dan putri. Tapi karena
ada sedikit konflik diantara kami bertiga, akhirnya aku berkelompok dengan dia,
pipin dan tyan. Kami selalu berempat. Kemana-mana kami selalu berempat. Tapi
kebersamaan kami tak sekompak saat di kelas 9.
Semester II telah kujalani dan akan berakhir.
Sebentar lagi aku akan naik ke kelas 9, tapi aku sedih karena tidak bisa duduk
di belakang dia dan pipin lagi. Tapi meskipun begitu, kita tetap kompak dan
selalu bersama-sama. Pangkalan kami saat istirahat selalu di teras depan kelas
kami, kelas 9a. Tapi kami tidak hanya berempat lagi. Kita sekarang bertujuh.
Dengan muti, jean dan achis. Di situlah kami bermain-main dan bersenda gurau.
Dan karena tempat itulah aku menemukan seseorang yang kucinta.
Dia adalah orang kedua yang kuberi
tau aku mencintai seseorang setelah tyan. Di Lab. Bio waktu itu aku curhat ke
dia tentang seseorang yang kucinta. Awalnya aku hanya tanya tentang sesuatu
yang berkaitan tentang rasta, orang yang aku cinta. Tapi sepertinya dia sudah
mengerti kemana arah pembicaraanku setelah ini. Jadi dia bisa menebak dengan
mudahnya jika aku mencintai rasta.
Kelas 9 adalah akhir dari sebuah
perjuangan untuk mencapai sebuah kelulusan. Di sekolahku, ada tradisi pentas
seni untuk kelas 9. Sebenarnya sih, kami sangat antusias mempersiapkan ujian
praktek seni budaya dan bahasa jawa ini. Namun, mengingat sulitnya persiapan
dan pengolahan dana yang dibutuhkan. Karena dana yang dibutuhkan sangat besar,
kelasku membutuhkan seorang ketua yang mampu mengayomi dan mengoordinir
anggotanya. Dan pada saat kelas 9a mengadakan buka bersama di rumah firda,
sekaligus membicarakan tentang pensi dan memilih pengurusnya. Dia terpilih
menjadi ketua karena memang kemampuannya dalam memimpin tak dipertanyakan lagi.
Dan memang semua anak kelas 9a saat itu sayang semua sama dia. Termasuk aku.
Karena kejujurannya, kebaikannya dan kepolosannya. Selain itu dia juga memiliki
bentuk fisik yang sangat sempurna.
Pernah aku bertanya-tanya, kenapa
ada makhluk Tuhan yang sesempurna dia. Sudah cantik, perangainya juga baik,
anak orang kaya, pintar pula, dan banyak juga yang menyayanginya. Di sini pula
lah aku kembali penasaran dengan dia. Aku amati dia baik-baik untuk melihat
kekurangannya. Tapi berkali-kali mencoba aku selalu gagal. Dan akhirnya aku
hampir menyerah meneliti sifat buruknya itu.
Namun tanpa sengaja, karena
seringnya kita bertemu untuk latian pensi, aku menemukan sifat yang aku tidak
suka dari dia. Dia agak keras kepala untuk mempertahankan argumennya. Walaupun
itu salah apa benar. Dia tetap menganggap argumennya itu benar sebelum orang
yang menyalahkan argumennya itu menjelaskan secara detail bahwa argumennya itu
salah. Dia memang orang yang kritis, tapi karena terlalu kritis jadi kesannya
agak egois. Tapi aku tidak membencinya. Aku malah tambah senang berteman dengan
dia karena aku dapat membaca segala wataknya. Next, dia itu pelupa. Dia selalu lupa akan PR-nya, barangnya,
mungkin sebentar lagi dia lupa hidungnya ada dimana. Satu lagi, dia juga agak
plinplan setelah aku teliti. Kemarin dia bilang A besoknya bilang B. Jadi aku
bingung mesti nurut yang mana. Tapi tak apalah. Itu hanya sebagian kecil dari
sifat buruknya. Lainnya itu dia baik.
Dan agaknya, kesan pertamaku tentang
dia yang pendiam sepertinya harus dihapus. Karena dia sudah agak gila. Karena
terkontaminasi oleh anak-anak 9a. Dia selalu menar-nari nggak jelas. Dandan
nggak jelas. Ketawa-ketawa nggak jelas. Sampai anak-anak ingin membawanya ke
Menur. Tapi kesimpulannya dia itu gokil.
Dan satu lagi yang aku suka dari
dia. Dia sabar buat mengajari aku yang memang lemot sama matematika dan fisika.
Dengan sabar dia menjelaskan tentang ilmu hitung itu kepadaku meskipun dia
harus mati overdosis karena mulutnya
berbusa. Dan dia juga sabar mengajariku bermain keyboard dengan tangan dua jika aku main di rumahnya.
Yang aku herankan lagi, kenapa
setiap aku main dirumahnya, seperti ada magnet yang tak menghendakiku untuk
pulang ke rumah. Aku betah berlama-lama di rumahnya. Karena disana aku bisa
berekspresi sesuai kemaunku. Aku bisa bermain keyboard dan gitar sepuasku. Dia juga nggak pernah protes jika aku
acak-acak kasur dan kamarnya.
Next,
selain pipin dan ratih sahabatku, dia adalah orang yang selalu
menyemangatiku ketika aku sedih dan terpuruk karena cinta. Dia pernah bilang
padaku, “mungkin salwa memang cinta pertamanya rasta, tapi sella yang bakalan
jadi cinta terakhirnya.” Sungguh, aku hampir menangis mendengar kalimat itu.
Karena kalimat itu, aku jadi bersemangat lagi untuk mencintai rasta. Walaupun
aku nggak yakin jika aku yang bakalan jadi cinta terakhrinya.
Dia juga lah yang mengingatkanku
jika aku sudah mulai malas dan ogah-ogahan buat belajar. Atau jika aku tertidur
di kelas ketika pelajaran, dia membangunkanku secara perlahan agar aku tidak
tertinggal dengan pelajaran. Sungguh, dia sudah seperti kakak bagiku. Aku
turuti semua petuah dan nasehatnya. Termasuk nasehatnya agar tidak menyontek.
Aku mencoba menurutinya perlahan-lahan walaupun kadang hampir tidak berhasil.
Morse in Love
Hujan yang tak
bisa diajak kompromi sama sekali. Di hari yang melelahkan ini, karena aktivitas
pramuka di cadika, hujan masih tetap saja turun deras. Mengguyur tanah lapang
yang digunakan untuk tempat perkemahan. Meninggalkan sisa-sisa tanah becek yang
sangat tidak nyaman untuk dilewati. Tapi meskipun hujan menjadi penghalang,
tetap tak menyurutkan semangat Firda untuk memimpin para junior pramuka dalam
menjalani aktivitas kegiatan pramuka mereka seperti biasa. Hari ini mereka akan
diajarkan sandi morse di aula. Dengan menggunakan jaket dan baju penghangat
masing-masing, para junior itu
mengikuti dengan antusias setiap instruksi yang diberikan.
Di sudut belakang ruangan, ada satu kelompok
yang berhasil membuat Firda naik darah karena ulahnya. Dengan langkah cepat, Firda mendekati mereka.
“Kelompok apa kalian?” Tembak Firda
langsung.
“Kuda kak.” Jawab mereka serentak.
“Siapa pinru disini?” Hanya dengan
isyarat jari telunjuk, Firda sudah tau siapa yang akan ia marahi habis-habisan
setelah ini. Tapi setelah tau si pemilik wajah Innocent itu adalah sang pinru, niat Firda langsung surut untuk
memarahinya. Ia malah diam terpaku karena terpesona menatap wajah tampan sang
pinru. Mulutnya beku seolah habis disimpan dalam lemari es yang bersuhu rendah.
Ia tak mampu berkata apa-apa.
“Ada apa kak?” Tanya sang pinru.
“Ee… ee… na…ma… kamu siapa?” Jawab
Firda gugup.
“Danang kak. Danang Fatchur Rahman.”
“Ee… ee… isi identitas kamu ya?
Nih!” Sambil menyodorkan selembar kertas dan sebuah bolpoint perak.
“Untuk apa ini kak?” Dengan tangan
masih memegang bolpoint yang
menari-nari di atas kertas. Firda masih tetap terpesona menatap wajah Danang
yang tampan. Namun ia segera tersadar dan kembali memarahi Danang.
“Untuk apa?! Ya itu untuk mendata
data kalian, karena kalian telah berisik sendiri dan sibuk sendiri dengan
peluit kalian tanpa mendengarkan instruksi dari kakak. Sekalian data anggotamu
juga. Jangan lupa cantumkan nomor ponsel.” Dengan nada sengaja dibuat tegas dan
lugas. Tetapi langsung direspon dengan
derai tawa dari salah satu anggota Danang. Yang kemudian diikuti dengan anggota
yang lainnya.
“Hwuahahaha. Bilang aja kak kalau
mau minta nomornya Danang. Nggak usah sok masang tampang sewot gitu dong.
Pertamanya aja marah-marah, terus ngiler ngeliat Danang, terus akting
marah-marah lagi biar dapat alasan buat minta nomornya Danang. Hwuahahaha.”
Wajah Firda memerah mendengar penuturan dari salah satu anggota Danang yang
blak-blakan. Mulutnya terkunci rapat dan bingung mau merespon apa. Tapi
untunglah akhrinya sang penyelamat datang. Tyan teman Firda mendamaikan suasana
yang sudah mulai gaduh ini. Ia memerintahkan anggota kelompok kuda untuk segera
menyelesaikan tugasnya dan kembali melanjutkan aktivitas.
*****
Tak terasa hari ini sudah upacara
penutupan kegiatan pramuka. Dua hari lamanya Firda dan para senior pramuka
membimbing para junior, membuat mereka lelah juga. Itu pun mereka hanya tidur
selama tiga jam. Dan itu tidak maksimal. Dan masih ada juga segelintir senior
pramuka yang tidak tidur sama sekali karena kedapatan harus begadang untuk
menjaga dan memantau keadaan di sekitar perkemahan pada malam hari. Firda lah
salah satunya. Namun itu tetap tidak membuat semangat Firda surut. Karena
pertemuannya dengan Danang kemarin yang secara tiba-tiba dan tak terduga yang
telah membuat hatinya senang bukan kepalang. Dan ia juga telah mendapatkan
nomor ponsel Danang. Kegiatan pramuka kali ini adalah kegiatan pramuka yang
paling indah yang pernah Firda alami. Sesampainya
di rumah aku akan sms Danang langsung. Go Diamond Firda! Batin Firda senang
sambil menyemangati dirinya sendiri.
*****
Di kamarnya, Firda kelimpungan
karena bingung memikirkan apa yang harus ia katakan ketika SMS Danang nanti. Ia
sudah mulai mengakui adanya benih-benih cinta yang kini bersemi di hatinya.
Karena seorang junior yang hanya terpaut satu tahun lebih muda dengannya.
Clingg!! Tiba –tiba muncullah ide
gila di pikirannya. Ide gila yang akan membuat ia dan Danang semakin dekat. Ia
akan menawarkan les privat kepada Danang untuk mempelajari morse lebih dalam, karena
ia tau Danang agak lemah dalam bidang ini. Lalu dengan sigap ia bangun dari
ketermanguannya dan segera menyabet
ponselnya yang terletak di meja belajar. Dengan mahirnya, Firda memainkan
jari-jarinya di atas tombol-tombol ponsel miliknya.
085746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:09
Jnr Danang
18-Ags-11 20:09
|
Setelah beberapa
menit, muncullah balasan yang ia tunggu.
+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:15
|
Firda
senyum-senyum sendiri membalas sms dari juniornya ini. Junior yang telah
menyalakan api cinta di hatinya.
+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:17
|
Beberapa menit kemudian, ponsel Firda berbunyi nyaring.
+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:22
|
Yess!!
Dalam hati Firda girang sekali. Karena lewat ide gilanya ini ia akan sering
bertemu dengan Danang. Dan dengan mudah melancarkan aksi PDKT-nya.
*****
Sabtu, 20 Agustus 2011
Di tepi danau belakang sekolah
Hari ini adalah awal dari
pelaksanaan les morse privat untuk Danang. Danang telah menunggu di bawah pohon
sambil memegang sebotol air mineral di tangannya. Tak lama setelah itu Firda
muncul dengan langkah tergopoh-gopoh.
“Maaf kakak telat.” Masih mengatur
nafasnya yang naik turun.
“Dari mana saja sih kak? Udah hampir
lumutan nih nungguin.”
“Yee,,,, ngelawan ya. Awas kamu ya.
Kakak nggak mau ngajarin baru tau rasa.”
“Iya…iya…kak. Jangan marah dong.
Ntar kalo’ marah imutnya hilang loh kak.” Saat itu juga wajah Firda memerah.
Danang pun semakin menjadi-jadi mengerjai Firda.
“Sudah…sudah… ayo kita mulai.”
Firda mulai memberi materi morse
dari dasar hingga akhir yang ia bisa. Selain berniat mengerjai Danang, Firda
juga ingin membuat Danang bisa menguasai semua materi dalam bidang kepramukaan.
Jadi ia harus menurunkan semua ilmunya yang ia punya kepada orang yang ia
cintainya ini.
*****
Setelah tiga kali pertemuan, Danang
pun sudah mulai lumayan bisa menguasai materi morse. Ia sudah bisa memberikan kode isyarat kepada Firda
dengan menggunakan morse.
“/-.-/.-/-.-/ (Kak)” Panggil Danang
dengan menggunakan morse.
“/.-/.--./.-/..--../ (Apa?)” Jawab
Firda juga dengan menggunakan morse.
“Kakak Cantik.” Jawab Danang dengan
masih menggunakan morse. Kembali Danang membuat wajah Firda memerah. Akhir-akhir
ini Danang memang sering menggombali Firda dengan cara-cara seperti itu. Yang
tentu saja berhasil membuat wajah Firda memerah seperti kepiting rebus.
*****
Minggu, 17 Juni 2011
Di tepi danau belakang sekolah
Danang dan Firda duduk berdua di
bawah pohon di tepi danau belakang sekolah. Mereka duduk dalam keheningan yang
mendominasi. Firda masih membuat Danang menunggu dan bungkam. Tanpa berani
berbicara sepatah kata pun. Akhirnya, Firda pun membuka percakapan.
“Sebentar lagi aku lulus Danang.
Tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Sesuatu yang ingin ku katakan
padamu sejak dulu. Tapi tak bisa. Aku tak mampu. Tapi sekarang mungkin sudah
waktunya. Aku akan mengatakan apa itu. Agar hatiku bisa tenang ketika aku
pergi.”
“Sudahlah kak. Katakan saja apa yang
ingin kakak katakan. Tidak usah membuang waktu. Banyak nyamuknya nih.” Jawab
Danang dengan diselipi joke-joke yang
memang agak jayus.
“Aku…emmh..…Danang, aku cinta kamu.
Sejak awal kita berjumpa. Di aula cadika waktu itu. Kamu masih ingat?” Tak
henti peluh Firda berjatuhan karena gugup. Danang pun iya. Walaupun Danang
hanya diam, tapi peluhnya juga tak henti berjatuhan. Dan wajahnya tampak jelas
semakin memerah. Dan itu semua tak dapat tertutupi oleh wajahnya yang berkulit
putih.
Danang hanya diam dan bungkam
menanggapi pernyataan Firda. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia masih
bingung. Dan masih tidak mampu mencerna kejadian yang ia alami sekarang.
“Baiklah. Mungkin kamu masih tidak
bisa menerima ini semua. Mungkin kamu hanya menganggapku sebagai kakak kan ? Aku telah salah
mengartikan keakraban kita. Tapi tak apalah. Seenggaknya aku sudah mengeluarkan
secuil beban ini dari hatiku. Selamat tinggal Danang. Semoga hari akhirmu di
sekolah ini semakin menyenangkan. Dan semoga… ada wanita yang bisa membuatmu
bahagia” Firda pun meninggalkan Danang dalam keterpakuan yang tidak bisa
diartikan. Dengan langkah gontai dan pelupuk mata masih penuh dengan air mata,
Firda memaksakan diri untuk kuat berjalan hingga pulang nanti.
*****
Tujuh tahun kemudian
Di salah satu mall terbesar di Bandung ,
Firda kelimpungan membawa barang belanjaannya yang bejibun. Tangan kanan dan
tangan kirinya sama-sama membawa sebuah plastik yang isinya sebanyak sampah di
TPA Kaliurang. Hingga ia tidak menyadari ada orang yang sedang berjalan dari
arah berlawanan. Tak ayal lagi, tabrakan pun terjadi. Brakk!! Semua isi
belanjaan milik Firda, jatuh berhamburan memenuhi seluruh lantai di mall tersebut.
“Aduh!!! Hati-hati dong kalau jalan.
Punya mata nggak sih?!” Semprot Firda kesal. Sambil tangannya masih membereskan
barang belanjaan yang berserakan.
“Aduh, maaf mbak. Saya tidak
sengaja.”
“Seperti ini kamu bilang tidak se…” Ucapannya
terhenti begitu melihat seseorang yang kini berdiri di depannya. Yang juga
orang yang menabraknya barusan. Begitu pula orang itu. Ia juga sama kagetnya ketika
melihat Firda.
*****
Orang itu adalah Danang. Junior
pramuka dan junior kelasnya yang dulu pernah ia cintai. Kini telah duduk di
depan Firda dalam keheningan yang lagi-lagi mendominasi. Pesanan makanan yang
mereka pesan pun tak disentuhnya sama sekali. Mereka masih berkemelut dengan
pikiran mereka masing-masing.
“Bagaimana kabar kakak?” Akhirnya
Danang yang memulai pembicaraan untuk memecahkan kesunyian ini.
“Baik. Kabar kamu?”
“Baik juga.”
“Aku sudah tahu tentang les morse
privat itu kak. Kakak sendiri kan
yang mengarangnya biar bisa dekat denganku? Aku salut sama usaha kakak itu.”
Sontak wajah Firda memerah menahan malu.
“Oh, kamu sudah tahu. Iya sih. Jadi
malu aku. Oh ya, sama siapa ke sini? Sama pacar kamu?” Tanya Firda yang hanya
disambut dengan satu gelengan kepala.
“Aku masih belum punya pacar kak.
Kakak gimana? Udah berdua?” Firda terdiam lalu kemudian ia tersenyum dengan
diiringi satu gelengan kepala. Dan jawaban itu berhasil membuat Danang bisa
bernafas lega.
Setelah sepuluh menit diam dalam
keheningan, akhirnya mereka pun mulai mengobrol banyak tentang masa-masa SMP
mereka dahulu. Masa-masa melakukan les morse privat dan masa-masa saat Firda
memarahi anggota kelompok Danang yang pada saat itu tidak memperhatikan ketika
ia memberikan instruksi di depan. Namun mereka sama sekali tidak menyinggung
peristiwa di tepi danau belakang sekolah pada saat akhir perpisahan. Mereka
saling tertawa karena joke-joke yang
dibuat oleh Danang. Tapi kenyamanan suasana ini berhenti ketika ada seorang cewek
yang tiba-tiba datang dan memeluk Danang.
“Sayang…kamu ngapain disini? Aku kan udah bilang, tunggu
aku di ruang ganti. Huu… malah ditinggal.” Ujar cewek itu tanpa menyadari ada
seseorang selain dirinya dan Danang.
“Siapa ini Nang? Pacar kamu?” Tanya
Firda penasaran.
“Ee…ee…ee…”Lagi-lagi Danang masih
bingung menjawabnya. Tetapi jawaban itu sudah membuat Firda mengerti.
“Oh ya sudah. Mungkin aku
mengganggu. Aku pergi dulu ya, Nang.” Ujar Firda pamitan dan pergi dari
restoran itu tanpa memberikan kesempatan Danang bicara.
“Siapa sih cewek itu?” Tanya cewek
yang kini berada di samping Danang.
“Gara-gara kamu nih, Rin. Dia
ngambek. Dia ngiranya kamu pacar aku. Padahal kan kamu sepupu aku. Duh….”
“Ya tinggal jelasin aja ke dia kalau
aku sepupu kamu. Beres kan ?
Lagian dia siapa sih?”
“Nggak segampang itu Rin. Dia nggak
akan gampang percaya. Gimana nih? Kamu sih pakek manggil sayang-sayangan. Dia kan jadi ngira yang
enggak-enggak.”
“Tapi kan aku memang manggil kamu sayang setiap
harinya. Siapa sih dia? Kamu cinta ya sama dia?” Pertanyaan itu dijawab Danang
dalam kebisuan yang lama. Dan itu telah cukup membuat Rina tau akan jawaban
dari sepupunya ini.
“Baiklah
akan kubantu menjelaskan ke dia.”
*****
Hari
minggu di pagi yang cerah dan indah ini, Firda berjalan di tepi danau tempat ia
janjian dengan seseorang yang tidak ia kenal. Awalnya ia ragu untuk
memenuhinya, tapi setelah si misterius itu bilang identitasnya sebagai sepupu
Danang, Firda jadi semakin yakin untuk mendatanginya.
Di
bawah sebuah pohon mangga, telah duduk seorang cewek cantik yang tak asing lagi
di mata Firda. Cewek itu adalah cewek yang ia temui di mall kemarin bersama Danang.
“Selamat
pagi, Fir.” Sapa Rina.
“Selamat
pagi,” Jawab Firda kikuk.
“Kenalin,
namaku Rina sepupunya Danang.” Firda terkesiap mendengarnya. Ternyata selama
ini ia telah salah sangka terhadap Danang. Dan ternyata cewek itu bukanlah
pacar atau orang yang spesial di hati Danang. Melainkan hanya sepupu dekat
Danang.
“Oh.”
Hanya satu kata itulah yang keluar dari bibir manisnya. Tapi di balik hati
kecilnya, ia juga merasakan kelegaan yang luar biasa.
“Aku
mengundangmu ke sini hanya untuk menjelaskan kesalah pahaman ini, Fir. Danang
memang belum punya pacar. Dan aku bukanlah pacar atau orang yang spesial yang
ada di hatinya. Melainkan aku hanya sepupu dekat Danang. Dan aku memang memakai
kata ‘sayang’ untuk panggilanku padanya. Jadi jangan salah paham ya.”
“Rina,
sepertinya kamu deh yang salah paham. Aku sama sekali nggak marah ataupun
ngambek dengar kamu pacar atau sepupunya Danang. Lagian itu semua nggak ada
hubungannya sama aku kok. Jadi santai aja.”
“Jangan
ngomong seperti itu dong Fir. Aku tahu sebenarnya kamu masih punya perasaan
sama Danang. Disini selain aku ingin menjelaskan kebenaran ini, Aku juga ingin
membantu sepupuku mengutarakan perasaannya.” Firda tercekat mendengar
pernyataan terakhir Rina. Ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud cewek di
depannya ini. Belum selesai otaknya mencerna semua kejadian ini, Firda melihat
Danang telah berdiri diatas tanah berumput yang telah diukir menyerupai bentuk
hati. Yang juga bertuliskan ‘I love you
Kak Firda’. Tulisan itu dibuat dari potongan mawar merah dan putih. Yang
berdominasi rumput hijau sebagi backgroundnya.
Firda
hampir menangis karena terharu melihat semua ini. Ia tak pernah menyangka jika
Danang juga mempunya perasaan yang sama dengannya.
Danang
berdiri sambil meniupkan peluit birunya beberapa kali. Ia tengah mengungkapkan
perasaannya dalam bentuk sandi morse.
“Be my girlfriend, kak Firda.” Dalam
menggunakan bahasa isyarat morse.
“Aku
mau.” Juga dengan menggunakan bahasa isyarat morse. Namun ia bersiul menggunakan
bibirnya sebagai pengganti peluit.
“Cihuy!!!”
Danang meloncat kegirangan dan berlari ke arah Firda lalu memeluknya. Danang
menggendong Firda dan memutar-mutarkan tubuhnya sebagai ungkapan rasa
bahagianya.
JJselesaiJJ
Langganan:
Postingan (Atom)