Masih terekam
dengan jelas awal pertemuanku dengan dia. Di dalam angkutan umum berwarna
kuning yang berlambang huruf D. Yang artinya jurusan kampus. Aku dan dia memang
sering naik kendaraan ini jika waktu pulang telah tiba. Dan memang rumah kita
searah. Hanya saja rumahku lebih jauh daripada rumahnya.
Saat itu, aku dan gita temanku
se-Lin sudah duduk di kursi penumpang dengan tenang sambil melepas kelelahan.
Lalu, setelah itu naiklah dynda dan nandia dan akhirnya disusul olehnya. Di
dalam Lin, aku dan dia berkenalan. Awalnya, dia dulu yang tanya namaku, gita,
dynda dan nandia. Dia yang pertama kali mengajak ngobrol kita berempat. Hingga
aku yang awalnya tidak akrab dengan dynda dan nandia bisa menjadi akrab karena
dia.
Kesan pertama, aku senang berkenalan
dengannya. Terlihat jelas olehku dia adalah orang yang sederhana, apa adanya,
tidak angkuh, dan tentunya ramah dan baik. Aku sampai berandai-andai agar aku
bisa sekelas dengannya. Hingga impian itu terwujud ketika aku naik ke kelas 8.
Kita dipersatukan oleh guru BK di kelas 8f. Tapi di awal semester aku dan dia
masih belum begitu akrab dan dekat. Kita ngobrol juga hanya sebatas ngobrol
tentang pelajaran atau apalah.
Semester II kelas 8 aku, ucha, dia
dan tyan sudah mulai dekat bagaikan sahabat. Karena kita sering satu kelompok
jika ada tugas berkelompok. Dia juga memiliki kesamaan denganku. Sama-sama suka
tidur dimanapun dan kapanpun dan sama-sama lemot dalam bidang ilmu hitung. Dan
ujung-ujungnya, ucha dan tyan yang harus rela mengajari kami sampai mati overdosis mungkin. Karena mulutnya yang
berbusa karena kami tak kunjung mengerti.
Semester pertama kelas 9, aku dan
dia sudah dekat dan lengket sekali. Kami pun sering sharing tentang masalah kami. Aku curhat ke dia dan dia dengan
ikhlas memberikan saran kepadaku. Teman-teman yang lain pun juga begitu. Mereka
sering meminta saran kepadanya. Karena memang semua nasehatnya selalu dapat
membangkitkan kembali hati yang terpuruk.
Tapi ada satu lagi sifatnya yang
mampu membuatku penasaran. Dia misterius dan tidak bisa ditebak. Dia bagaikan
bom waktu yang bisa kapan saja meledak-ledak. Dan jika sudah seperti itu, kita
temannya harus mengerti dan harus memberikannya waktu sendiri.
Dia adalah seorang yang penyayang.
Dan dia tidak akan membiarkan sesuatu yang sudah disayangnya akan luka dan
cacat sedikitpun. Kepada barangnya sendiri saja dia sangat teliti dan
hati-hati. Jika ada bukunya yang kusut sedikit dia sudah ngambek dan bingung
bagaimana caranya merapikan kembali. Kepada teman dekatnya pun dia mampu melindungi
dan mengayomi bagaikan seorang ibu. Dia tak akan pernah membiarkan teman
dekatnya menangis. Dan dia dengan ikhlas akan memberikan bahunya sebagai
sandaran untuk menangis. Dan dia rela memberikan tangannya sebagi tissue untuk menghapus air mata teman
dekatnya. Termasuk aku. Dia selalu menghiburku ketika aku telah terpuruk oleh
masalahku yang terkadang hanya masalah sepele.
Dia mampu mengayomi semua temannya.
Mampu merangkul semuanya tanpa pandang bulu. Meskipun orang itu pernah
menyakiti hatinya, dia tidak pernah dendam dan marah sampai berlarut-larut.
Terkadang aku banyak belajar darinya dalam mengatasi masalah. Karena walaupun
dia sering menjatuhkan air mata karena tak mampu membendung semua masalahnya
dia mampu mengatasi semuanya dengan tawa.
Pernah suatu waktu dia merasakan
kesunyian karena sendiri. Dia butuh seseorang yang mampu mengisi relung jiwanya
yang kosong. Namun kuyakinkan padanya, jika kesepian itu tidak semua karena
tidak mempunyai pasangan. Dan dia mampu menerima nasehatku. Dan tak lama
kemudian dia kembali tertawa dan melakukan hal kegilaan dengan aku dan muti.
Dia jugalah orang yang paling
mengerti akan perasaanku. Dan dia adalah orang yang paling care diantara kami bertujuh. Dia yang memberiku semangat dan dorongan
agar aku bisa mengungkapkan perasaanku pada rasta. Walaupun itu semua tak
pernah aku lakukan karena rasa maluku yang begitu besar. Tapi dia tak pernah
bosan mendengar semua curhatku yang terkadang nggak penting. Dan dia lah yang
meyakinkanku jika suatu saat rasta pasti akan mencintaiku. Dia juga yang
memberi julukan nama gradien pada rasta. Alasannya rumus gradien adalah y/x
yang artinya rasta atau y*** diatas segala-galanya bagi x atau sella. Dan
memang arti dari gradien sendiri adalah suatu kemiringan garis. Dan memang
orang yang aku cinta sudah agak miring otaknya karena dia suka usil, nakal, dan
gila.
Sebenarnya, jika masih belum
mengenalnya dan belum memahami wataknya semua orang beranggapan dia itu orang
yang angkuh, egois atau apalah. Tapi sebenarnya anggapan itu salah sama sekali.
Itu hanya pendapat orang yang masih belum mengenalnya dengan baik. Karena aku
sudah dua tahun bersama dengan dia dan aku sudah mulai memahami wataknya. Dan
aku juga sudah tau kapan dan bagaimana dia jika sedang sedih dan senang.
Kesimpulannya, sangat sulit mencari
orang yang sebaik dia. Walaupun dia orang yang sensitive karena jika marah emosinya meledak-meledak, terkadang dia
juga bisa lembut selembut hati ibu. Mungkin akan sedih hatiku jika suatu saat
aku tak bersamanya lagi. Tapi aku hanya berharap kepada Tuhan agar selalu
menjaganya, menyejukkan hatinya dan membahagiakan dia dimanapun dan kapanpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thank you for your visiting :D