Halaman

Sabtu, 24 November 2012

How to get smart in Math : 9 steps

1. Enroll in a math class. If it's not already part of your curriculum, sign up for a math class at a level that's a challenge based on your current knowledge. The only way to get stronger at anything is to stretch and work out—and that includes your brain!
2.Pay attention in class. You're not going to get any better at math if you don't listen or if you don't know what's going on. Listen and pay attention to what the teacher is saying.
-Even if you pay the strictest attention, there will be times when a concept just isn't making sense. There are different types of learners, and you may need to approach a problem in a different way.
-Ask, in class, for clarification of a particular concept. If the answer doesn't really shed any light on the subject, speak to the teacher after class. They may have some suggestions, one-on-one, that they couldn't go into during regular class time.
3.Make sure that you know what the words mean. Math, beyond simple addition and subtraction, is generally a collection of separate operations. For example, multiplication also involves addition, and division also involves subtraction. Before you can grasp a concept completely, you need to understand the meaning of all the operations involved. For each word used in a math problem (for example, "variable,") try this:
-Memorize the definition from the book. "A symbol for a number we don't know yet. It is usually a letter like x or y."
-Practice examples of the concept. For example, "4x - 7 = 5," where x is the variable, while 4, 7, and 5 are "constants" (another definition to look up).
4.Pay particular attention to learning the rules. Properties, formulas, equations, and methods are the tools of math, and will make math and computation much easier when you understand all the tools work. Learn to rely on them like a good carpenter would his saw, tape measure, hammer, etc.
5.Participate in class. If you don't know the answer to a question, ask for clarification. Explain what you do understand, so that the teacher can focus on the parts that are confusing.
-For example, using the variable problem above, say "I understand that 4 times an unknown variable (x), minus 7, equals 5. What's the first thing I need to do?" Now the teacher knows how to help bring you into the discussion. If you had said, "I don't get it," the teacher might think they need to explain constants and variables first.
-Never be afraid to ask questions. Even Einstein asked questions (and then answered them)! You're not going to suddenly understand it by staring at the problem. If you don't want to ask a teacher, ask a nearby student, or friend.
6.Seek outside help. If you still need help, and the teacher is unable to explain things in a way you understand, ask them who they would recommend for more in-depth assistance. Find out if there is a study hall or tutoring program, or ask if a teacher could give you extra help before or after class.
-Just as there are different learning styles (auditory, visual, etc.), there are different teaching styles. If you're a visual learner, and have the best teacher in the world—for auditory learners—you will still find it difficult to learn from them. It's not impossible, but having supplemental help from somebody who teaches the same way you learn will be a great help.
7.Seek outside help. If you still need help, and the teacher is unable to explain things in a way you understand, ask them who they would recommend for more in-depth assistance. Find out if there is a study hall or tutoring program, or ask if a teacher could give you extra help before or after class.
-Just as there are different learning styles (auditory, visual, etc.), there are different teaching styles. If you're a visual learner, and have the best teacher in the world—for auditory learners—you will still find it difficult to learn from them. It's not impossible, but having supplemental help from somebody who teaches the same way you learn will be a great help.

Rabu, 07 November 2012

FATAMORGANA


Sendiri ku disitu
Mencari sesuatu yang fana
Di tengah padang pasir
Terpaku, bingung, marah
Karena dia tak kunjung ada

Secercah harapan datang padaku
            Ketika dia ada lalu tersenyum
            Tak tau kah dia?
            Disini aku merindukannya?
            Yang telah lama menghilang

                        Kudatangi dia
                        Ingin ku peluk tak akan ku lepaskan
                        Ku tak mau dia menghilang
                        Kembali
                        Karena aku sayang dia
                       
                                    Tiba-tiba semua buram
                                    Ku dihadang debu yang membawanya
                                    Membawa Ia pergi
                                    Meninggalkanku sendiri
                                    Dan takkan pernah kembali
                                   


                                                Akhirnya ku sadar
                                                Dirimu tak ada
                                                Dan takkan pernah ada
                                                Itu semua hanya khayalanku semata
                                                Cinta fatamorgana

Sabtu, 03 November 2012

Penyalahgunaan Budaya Berbahasa di Kalangan Remaja


Dewasa ini, banyak sekali penggunaan Bahasa Indonesia yang sering disalahgunakan di kalangan remaja. Seperti contoh, banyaknya bermunculan Bahasa-bahasa Indonesia yang tidak baku dan sering diplesetkan. Seperti Bahasa Alay, Bahasa Gaul,  Bahasa prokem (preman), Bahasa G, Bahasa Gay dll. Yang jelas-jelas serapan kata-kata yang digunakan sangat tidak sesuai dengan kepribadian generasi muda yang diharapkan. Generasi muda yang cerdas, bijak dan bertanggung jawab. Karena telah disebutkan pada peribahasa yang berbunyi “Bahasa Menunjukkan Bangsa.” Ungkapan ini sebenarnya menggambarkan betapa pentingnya bahasa dalam mencerminkan identitas bangsa yang kuat dan berwibawa. Karena seorang yang berwibawa dapat dilihat dari kaidah bahasa yang Ia gunakan. Semakin terstrukturnya bahasa yang Ia gunakan maka semakin tinggi pula kewibawaan orang tersebut. Bahasa yang seperti itulah yang diharapkan dapat dikuasai oleh para generasi muda zaman sekarang.
Namun, sekarang kenyataannya berbeda. Kata-kata yang sering mereka gunakan untuk berinteraksi sering sekali meleset dari kaidah berbahasa Indonesia yang sesungguhnya. Mereka sering menggunakan kata-kata yang sering mereka sebut Bahasa alay. Seperti kata-kata alay yang sekarang lagi booming  adalah “ciyuss? Mieapahh? Enelan? Cuel?” dan masih banyak lagi. Kata-kata seperti itu tidak menunjukkan pribadi dan karakter bangsa yang sesungguhnya. Kata-kata yang malah menjadi bumerang untuk menghancurkan bangsa kita sendiri.
Kesalahan dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja umumnya mengunakan bahasa yang salah atau menyimpang. Dan sedikit sekali orang yang menggunakan bahasa indonesia yang baku atau benar. Kesalahan ini di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, budaya (kebiasaan), pendidikan yang salah, mungkin  juga masuknya budaya asing dan mencampurnya dengan bahasa indonesia agar terihat menjadi mudah bagi yang menciptakannya. Lingkungan juga sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari – hari kita, misalnua lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan bermain, dan forum – forum lainnya, banyak sekali pengucapan – pengucapan yang salah dan menjadi kebiasaan di kalangan remaja. Saya pun sebagai anak remaja juga merasakan bagaimana penggunaan bahasa yang salah ini sudah menjadi kebiasaan di dalam kehidupan kita sehari – hari. Misalnya dengan mencampurkan Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia dan dicampurkan lagi dengan Bahasa Betawi, contoh “gua lagi OTW nih, kamu dimana ?”. Menurut mereka, bila orang asing saja melakukan hal ini, berarti hal ini sudah mendunia dan keren jika dilakukan. Bisa dikatakan ini adalah faktor psikologi. Ada juga karena bahasa campur lebih mudah diucapkan dan lebih familier. Tidak perlu belajar khusus untuk bisa berbahasa campur gaul ini. Namun menurut saya faktor psikologilah yang paling mempengaruhi pencampuran bahasa asing dengan bahasa Indonesia.
Mereka tidak tahu akibat yang ditimbulkan dalam menggunakan bahasa campuran antara bahasa alay, bahasa gaul, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tersebut. Bahasa-bahasa yang seperti itu dapat menurunkan citra bangsa yang besar dan berwibawa. Dan dapat menurunkan pandangan bangsa lain terhadap bangsa kita. Karena mereka menganggap kita tidak bisa melestarikan bahasa ibu kita sendiri. Padahal pada peristiwa sumpah pemuda telah dituliskan oleh Mr.Moh.Yamin pada ayat yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami  putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.” Dari beberapa kalimat itu saja sudah dapat diambil kesimpulan, bahwa para pendahulu berharap kami para pemuda sebagai generasi penerus untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan kita yakni bahasa Indonesia. Kita tidak perlu memakai kata-kata serapan yang bukan berasal dari bahasa Indonesia.
Kalangan remaja juga banyak yang menganggap bahwa berbahasa campuran seperti itu adalah gaul menurut mereka atau mengikuti zaman. Namun sebenarnya anggapan seperti itu salah besar. Bukan yang seperti itu yang dinamakan gaul. Justru bahasa campuran seperti itu bisa dibilang bahasa jadul atau ketinggalan zaman. Mereka salah mengasumsikan tentang makna gaul yang sebenarnya. Justru gaul yang sebenanya adalah yang benar dan mengikuti peraturan. Bukan yang  berlawanan dan membuat gaya-gaya sendiri. Namun kembali lagi, itu semua terjadi memang karena faktor psikologi. Mereka masih belum bisa memilah dan memilih mana yang baik dan yang buruk. Mana yang pantas dicontoh atau tidak. Mereka hanya mengikuti arus tanpa mau menyeleksi mana yang baik untuk dicontoh. Dan itu semua juga terjadi karena  faktor globalisasi. Kita sekarang memang sedang berada pada Era Globalisasi. Yang mana arus globalisasi banyak  yang masuk ke negara kita dan banyak mempengaruhi warga negara sekitar. Sebenarnya tidak semua budaya barat yang masuk ke Indonesia itu buruk. Ada juga yang baik. Namun, mereka sebagai seorang remaja masih belum bisa mengartikan antara baik dan buruk. Mereka masih butuh bimbingan, arahan dan motivasi dari lingkungan sekitar. Dan budaya globalisasi seperti itu cepat sekali mempengaruhi kaum remaja lewat teman sekitarnya. Jadi faktor lingkungan disini juga mendukung adanya kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia yang mengakibatkan timbulnya bahasa-bahasa campuran seperti itu.
Sebenarnya, pengaruh yang ditimbulkan dari bahasa campuran seperti itu memang tidak begitu membahayakan bagi kalangan remaja. Namun, lama-kelamaan jika bahasa-bahasa campuran seperti itu telah mendarah daging menjadi suatu kebiasaan (habit), akan menghapus budaya berbahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja. Dan jika hal seperti itu memang betul-betul terjadi, pembentukan generasi muda yang cerdas, bijak, dan bertanggung jawab tidak akan terwujud. Karena akan susah sekali mewujudkan generasi muda yang berbudi pekerti luhur jika para generasi mudanya saja tidak mengenal bahasa mereka sendiri. Yaitu Bahasa Indonesia. Mengobrol dengan orang tua saja mereka menggunakan kata LO GUE. Bukan kata yang sepantasnya diucapkan kepada orang tua. Jika ini semua diteruskan, akan terjadi kesalah pahaman antara remaja dan budaya yang akan dilestarikan. Dan ini tidak bisa dibiarkan. Atau harus dihentikan sekarang juga.

Bangsa yang cerdas juga dapat dilihat dari tutur kata dan pilihan serapan kata-kata yang digunakan generasi muda untuk berinteraksi dengan sesamanya. Karena penggunaan bahasa yang baik dan benar saat ini sangatlah diperlukan. Untuk mencari pekerjaan saja di berbagai perusahaan selalu dinilai dari tutur katanya. Baik atau tidak, layak atau tidak, dan sopan atau tidak. Bahasa Indonesia yang baik dan benar juga dapat menjadi jembatan bagi kita untuk menjadi Bangsa yang besar.
Sebenarnya banyak sekali kegunaan dari kita berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Satu, kita bisa ikut melestarikan kebudayaan berbahasa Indonesia. Dua, menguntungkan kita dalam menjalani KBM di kelas, karena kemampuan berbahasa kita yang bagus dan sopan, guru akan kagum pada kita dan memberi nilai lebih pada kita secara otomatis. Tiga, kemampuan berbahasa yang baik dan benar dapat menambah nilai plus kita terhadap pandangan seseorang. Empat, dengan banyaknya kosakata Bahasa Indonesia yang kita dapat, kita dapat berkreasi dengan bebas dengan dunia kita sendiri. Seperti dunia puisi, dunia cerpen dll.
Budaya bahasa campuran yang seperti itu harus segera dihentikan dengan, memberi kembali bimbingan, arahan, dan motivasi yang kurang kepada generasi muda. Kita harus tekankan dan yakinkan kepada generasi muda bahwa mereka sebagai penerus harus kembali melestarikan budaya berbahasa yang sempat luntur di kalangan remaja. Dan memberi sebuah penghargaan kepada generasi muda yang mampu melestarikan budaya berbahasanya. Agar mereka tetap bersemangat dalam berbahasa Indonesia. Jadi disini, kita sebagai generasi muda dan juga generasi penerus sama-sama berusaha untuk mengembalikan kembali budaya berbahasa yang baik di semua kalangan. Terutama kalangan remaja.