Halaman

Jumat, 26 Oktober 2012

Morse in Love


Hujan yang tak bisa diajak kompromi sama sekali. Di hari yang melelahkan ini, karena aktivitas pramuka di cadika, hujan masih tetap saja turun deras. Mengguyur tanah lapang yang digunakan untuk tempat perkemahan. Meninggalkan sisa-sisa tanah becek yang sangat tidak nyaman untuk dilewati. Tapi meskipun hujan menjadi penghalang, tetap tak menyurutkan semangat Firda untuk memimpin para junior pramuka dalam menjalani aktivitas kegiatan pramuka mereka seperti biasa. Hari ini mereka akan diajarkan sandi morse di aula. Dengan menggunakan jaket dan baju penghangat masing-masing, para junior itu mengikuti dengan antusias setiap instruksi yang diberikan.
            Di sudut belakang ruangan, ada satu kelompok yang berhasil membuat Firda naik darah karena ulahnya.  Dengan langkah cepat, Firda mendekati mereka.
            “Kelompok apa kalian?” Tembak Firda langsung.
            “Kuda kak.” Jawab mereka serentak.
            “Siapa pinru disini?” Hanya dengan isyarat jari telunjuk, Firda sudah tau siapa yang akan ia marahi habis-habisan setelah ini. Tapi setelah tau si pemilik wajah Innocent itu adalah sang pinru, niat Firda langsung surut untuk memarahinya. Ia malah diam terpaku karena terpesona menatap wajah tampan sang pinru. Mulutnya beku seolah habis disimpan dalam lemari es yang bersuhu rendah. Ia tak mampu berkata apa-apa.
            “Ada apa kak?” Tanya sang pinru.
            “Ee… ee… na…ma… kamu siapa?” Jawab Firda gugup.
            “Danang kak. Danang Fatchur Rahman.”
            “Ee… ee… isi identitas kamu ya? Nih!” Sambil menyodorkan selembar kertas dan sebuah bolpoint perak.
            “Untuk apa ini kak?” Dengan tangan masih memegang bolpoint yang menari-nari di atas kertas. Firda masih tetap terpesona menatap wajah Danang yang tampan. Namun ia segera tersadar dan kembali memarahi Danang.
           

            “Untuk apa?! Ya itu untuk mendata data kalian, karena kalian telah berisik sendiri dan sibuk sendiri dengan peluit kalian tanpa mendengarkan instruksi dari kakak. Sekalian data anggotamu juga. Jangan lupa cantumkan nomor ponsel.” Dengan nada sengaja dibuat tegas dan lugas. Tetapi langsung direspon dengan derai tawa dari salah satu anggota Danang. Yang kemudian diikuti dengan anggota yang lainnya.
            “Hwuahahaha. Bilang aja kak kalau mau minta nomornya Danang. Nggak usah sok masang tampang sewot gitu dong. Pertamanya aja marah-marah, terus ngiler ngeliat Danang, terus akting marah-marah lagi biar dapat alasan buat minta nomornya Danang. Hwuahahaha.” Wajah Firda memerah mendengar penuturan dari salah satu anggota Danang yang blak-blakan. Mulutnya terkunci rapat dan bingung mau merespon apa. Tapi untunglah akhrinya sang penyelamat datang. Tyan teman Firda mendamaikan suasana yang sudah mulai gaduh ini. Ia memerintahkan anggota kelompok kuda untuk segera menyelesaikan tugasnya dan kembali melanjutkan aktivitas.
*****
            Tak terasa hari ini sudah upacara penutupan kegiatan pramuka. Dua hari lamanya Firda dan para senior pramuka membimbing para junior, membuat mereka lelah juga. Itu pun mereka hanya tidur selama tiga jam. Dan itu tidak maksimal. Dan masih ada juga segelintir senior pramuka yang tidak tidur sama sekali karena kedapatan harus begadang untuk menjaga dan memantau keadaan di sekitar perkemahan pada malam hari. Firda lah salah satunya. Namun itu tetap tidak membuat semangat Firda surut. Karena pertemuannya dengan Danang kemarin yang secara tiba-tiba dan tak terduga yang telah membuat hatinya senang bukan kepalang. Dan ia juga telah mendapatkan nomor ponsel Danang. Kegiatan pramuka kali ini adalah kegiatan pramuka yang paling indah yang pernah Firda alami. Sesampainya di rumah aku akan sms Danang langsung. Go Diamond Firda! Batin Firda senang sambil menyemangati dirinya sendiri.
*****
            Di kamarnya, Firda kelimpungan karena bingung memikirkan apa yang harus ia katakan ketika SMS Danang nanti. Ia sudah mulai mengakui adanya benih-benih cinta yang kini bersemi di hatinya. Karena seorang junior yang hanya terpaut satu tahun lebih muda dengannya.

            Clingg!! Tiba –tiba muncullah ide gila di pikirannya. Ide gila yang akan membuat ia dan Danang semakin dekat. Ia akan menawarkan les privat kepada Danang untuk mempelajari morse lebih dalam, karena ia tau Danang agak lemah dalam bidang ini. Lalu dengan sigap ia bangun dari ketermanguannya  dan segera menyabet ponselnya yang terletak di meja belajar. Dengan mahirnya, Firda memainkan jari-jarinya di atas tombol-tombol ponsel miliknya.

085746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:09
Untuk para Junior pramuka,
Jum’at dpn kami para senior
akn mengadakan tes ujian
sandi morse.
ini akn menentukan point kalian utk menjadi senior pramuka selanjutnya.
belajar yg baik ya adik-adik.
NB : bg yg blm bs morse
bs menghubungi kk d no ini.
kk akn memberikan wkt luang kk
utk mengajari kalian.
Trims.
Salam pramuka,
Nur Akmalia Firdausi
senior pramuka

 
 




                                                                                                                      













Setelah beberapa menit, muncullah balasan yang ia tunggu.

+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:15
Ha?! Apa iya kk?
Q blm bs sm sekali morse kk. Gmn ini?
 
 




Firda senyum-senyum sendiri membalas sms dari juniornya ini. Junior yang telah menyalakan api cinta di hatinya.

+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:17
Gmpang kok dek,
Kk siap kok  ngsh km  bimbingan. Km mau?
Tiap hr sabtu n minggu qta latian brng. Ok?
D tepi danau blkang skolah.
 
 









Beberapa menit kemudian, ponsel Firda berbunyi nyaring.

+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:22
Iya sdh kk.
Q mw.
 
 





Yess!! Dalam hati Firda girang sekali. Karena lewat ide gilanya ini ia akan sering bertemu dengan Danang. Dan dengan mudah melancarkan aksi PDKT-nya.
*****

Sabtu, 20 Agustus 2011
Di tepi danau belakang sekolah

            Hari ini adalah awal dari pelaksanaan les morse privat untuk Danang. Danang telah menunggu di bawah pohon sambil memegang sebotol air mineral di tangannya. Tak lama setelah itu Firda muncul dengan langkah tergopoh-gopoh.
            “Maaf kakak telat.” Masih mengatur nafasnya yang naik turun.
            “Dari mana saja sih kak? Udah hampir lumutan nih nungguin.”
            “Yee,,,, ngelawan ya. Awas kamu ya. Kakak nggak mau ngajarin baru tau rasa.”
            “Iya…iya…kak. Jangan marah dong. Ntar kalo’ marah imutnya hilang loh kak.” Saat itu juga wajah Firda memerah. Danang pun semakin menjadi-jadi mengerjai Firda.
            “Sudah…sudah… ayo kita mulai.”
            Firda mulai memberi materi morse dari dasar hingga akhir yang ia bisa. Selain berniat mengerjai Danang, Firda juga ingin membuat Danang bisa menguasai semua materi dalam bidang kepramukaan. Jadi ia harus menurunkan semua ilmunya yang ia punya kepada orang yang ia cintainya ini.
*****
            Setelah tiga kali pertemuan, Danang pun sudah mulai lumayan bisa menguasai materi morse. Ia sudah  bisa memberikan kode isyarat kepada Firda dengan menggunakan morse.
            “/-.-/.-/-.-/ (Kak)” Panggil Danang dengan menggunakan morse.
            “/.-/.--./.-/..--../ (Apa?)” Jawab Firda juga dengan menggunakan morse.
            “Kakak Cantik.” Jawab Danang dengan masih menggunakan morse. Kembali Danang membuat wajah Firda memerah. Akhir-akhir ini Danang memang sering menggombali Firda dengan cara-cara seperti itu. Yang tentu saja berhasil membuat wajah Firda memerah seperti kepiting rebus.
*****

Minggu, 17 Juni 2011
Di tepi danau belakang sekolah

            Danang dan Firda duduk berdua di bawah pohon di tepi danau belakang sekolah. Mereka duduk dalam keheningan yang mendominasi. Firda masih membuat Danang menunggu dan bungkam. Tanpa berani berbicara sepatah kata pun. Akhirnya, Firda pun membuka percakapan.
            “Sebentar lagi aku lulus Danang. Tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu. Tapi tak bisa. Aku tak mampu. Tapi sekarang mungkin sudah waktunya. Aku akan mengatakan apa itu. Agar hatiku bisa tenang ketika aku pergi.”
            “Sudahlah kak. Katakan saja apa yang ingin kakak katakan. Tidak usah membuang waktu. Banyak nyamuknya nih.” Jawab Danang dengan diselipi joke-joke yang memang agak jayus.
            “Aku…emmh..…Danang, aku cinta kamu. Sejak awal kita berjumpa. Di aula cadika waktu itu. Kamu masih ingat?” Tak henti peluh Firda berjatuhan karena gugup. Danang pun iya. Walaupun Danang hanya diam, tapi peluhnya juga tak henti berjatuhan. Dan wajahnya tampak jelas semakin memerah. Dan itu semua tak dapat tertutupi oleh wajahnya yang berkulit putih.
            Danang hanya diam dan bungkam menanggapi pernyataan Firda. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia masih bingung. Dan masih tidak mampu mencerna kejadian yang ia alami sekarang.
            “Baiklah. Mungkin kamu masih tidak bisa menerima ini semua. Mungkin kamu hanya menganggapku sebagai kakak kan? Aku telah salah mengartikan keakraban kita. Tapi tak apalah. Seenggaknya aku sudah mengeluarkan secuil beban ini dari hatiku. Selamat tinggal Danang. Semoga hari akhirmu di sekolah ini semakin menyenangkan. Dan semoga… ada wanita yang bisa membuatmu bahagia” Firda pun meninggalkan Danang dalam keterpakuan yang tidak bisa diartikan. Dengan langkah gontai dan pelupuk mata masih penuh dengan air mata, Firda memaksakan diri untuk kuat berjalan hingga pulang nanti.
*****
Tujuh tahun kemudian

            Di salah satu mall terbesar di Bandung, Firda kelimpungan membawa barang belanjaannya yang bejibun. Tangan kanan dan tangan kirinya sama-sama membawa sebuah plastik yang isinya sebanyak sampah di TPA Kaliurang. Hingga ia tidak menyadari ada orang yang sedang berjalan dari arah berlawanan. Tak ayal lagi, tabrakan pun terjadi. Brakk!! Semua isi belanjaan milik Firda, jatuh berhamburan memenuhi seluruh lantai di mall tersebut.
            “Aduh!!! Hati-hati dong kalau jalan. Punya mata nggak sih?!” Semprot Firda kesal. Sambil tangannya masih membereskan barang belanjaan yang berserakan.
            “Aduh, maaf mbak. Saya tidak sengaja.”
            “Seperti ini kamu bilang tidak se…” Ucapannya terhenti begitu melihat seseorang yang kini berdiri di depannya. Yang juga orang yang menabraknya barusan. Begitu pula orang itu. Ia juga sama kagetnya ketika melihat Firda.
*****
            Orang itu adalah Danang. Junior pramuka dan junior kelasnya yang dulu pernah ia cintai. Kini telah duduk di depan Firda dalam keheningan yang lagi-lagi mendominasi. Pesanan makanan yang mereka pesan pun tak disentuhnya sama sekali. Mereka masih berkemelut dengan pikiran mereka masing-masing.
            “Bagaimana kabar kakak?” Akhirnya Danang yang memulai pembicaraan untuk memecahkan kesunyian ini.
            “Baik. Kabar kamu?”
            “Baik juga.”
            “Aku sudah tahu tentang les morse privat itu kak. Kakak sendiri kan yang mengarangnya biar bisa dekat denganku? Aku salut sama usaha kakak itu.” Sontak wajah Firda memerah menahan malu.
            “Oh, kamu sudah tahu. Iya sih. Jadi malu aku. Oh ya, sama siapa ke sini? Sama pacar kamu?” Tanya Firda yang hanya disambut dengan satu gelengan kepala.
            “Aku masih belum punya pacar kak. Kakak gimana? Udah berdua?” Firda terdiam lalu kemudian ia tersenyum dengan diiringi satu gelengan kepala. Dan jawaban itu berhasil membuat Danang bisa bernafas lega.
            Setelah sepuluh menit diam dalam keheningan, akhirnya mereka pun mulai mengobrol banyak tentang masa-masa SMP mereka dahulu. Masa-masa melakukan les morse privat dan masa-masa saat Firda memarahi anggota kelompok Danang yang pada saat itu tidak memperhatikan ketika ia memberikan instruksi di depan. Namun mereka sama sekali tidak menyinggung peristiwa di tepi danau belakang sekolah pada saat akhir perpisahan. Mereka saling tertawa karena joke-joke yang dibuat oleh Danang. Tapi kenyamanan suasana ini berhenti ketika ada seorang cewek yang tiba-tiba datang dan memeluk Danang.
            “Sayang…kamu ngapain disini? Aku kan udah bilang, tunggu aku di ruang ganti. Huu… malah ditinggal.” Ujar cewek itu tanpa menyadari ada seseorang selain dirinya dan Danang.
            “Siapa ini Nang? Pacar kamu?” Tanya Firda penasaran.
            “Ee…ee…ee…”Lagi-lagi Danang masih bingung menjawabnya. Tetapi jawaban itu sudah membuat Firda mengerti.
            “Oh ya sudah. Mungkin aku mengganggu. Aku pergi dulu ya, Nang.” Ujar Firda pamitan dan pergi dari restoran itu tanpa memberikan kesempatan Danang bicara.
            “Siapa sih cewek itu?” Tanya cewek yang kini berada di samping Danang.
            “Gara-gara kamu nih, Rin. Dia ngambek. Dia ngiranya kamu pacar aku. Padahal kan kamu sepupu aku. Duh….”
            “Ya tinggal jelasin aja ke dia kalau aku sepupu kamu. Beres kan? Lagian dia siapa sih?”
            “Nggak segampang itu Rin. Dia nggak akan gampang percaya. Gimana nih? Kamu sih pakek manggil sayang-sayangan. Dia kan jadi ngira yang enggak-enggak.”
            “Tapi kan aku memang manggil kamu sayang setiap harinya. Siapa sih dia? Kamu cinta ya sama dia?” Pertanyaan itu dijawab Danang dalam kebisuan yang lama. Dan itu telah cukup membuat Rina tau akan jawaban dari sepupunya ini.
“Baiklah akan kubantu menjelaskan ke dia.”
*****

Hari minggu di pagi yang cerah dan indah ini, Firda berjalan di tepi danau tempat ia janjian dengan seseorang yang tidak ia kenal. Awalnya ia ragu untuk memenuhinya, tapi setelah si misterius itu bilang identitasnya sebagai sepupu Danang, Firda jadi semakin yakin untuk mendatanginya.
Di bawah sebuah pohon mangga, telah duduk seorang cewek cantik yang tak asing lagi di mata Firda. Cewek itu adalah cewek yang ia temui di mall kemarin bersama Danang.
“Selamat pagi, Fir.” Sapa Rina.
“Selamat pagi,” Jawab Firda kikuk.
“Kenalin, namaku Rina sepupunya Danang.” Firda terkesiap mendengarnya. Ternyata selama ini ia telah salah sangka terhadap Danang. Dan ternyata cewek itu bukanlah pacar atau orang yang spesial di hati Danang. Melainkan hanya sepupu dekat Danang.
“Oh.” Hanya satu kata itulah yang keluar dari bibir manisnya. Tapi di balik hati kecilnya, ia juga merasakan kelegaan yang luar biasa.
“Aku mengundangmu ke sini hanya untuk menjelaskan kesalah pahaman ini, Fir. Danang memang belum punya pacar. Dan aku bukanlah pacar atau orang yang spesial yang ada di hatinya. Melainkan aku hanya sepupu dekat Danang. Dan aku memang memakai kata ‘sayang’ untuk panggilanku padanya. Jadi jangan salah paham ya.”
“Rina, sepertinya kamu deh yang salah paham. Aku sama sekali nggak marah ataupun ngambek dengar kamu pacar atau sepupunya Danang. Lagian itu semua nggak ada hubungannya sama aku kok. Jadi santai aja.”
“Jangan ngomong seperti itu dong Fir. Aku tahu sebenarnya kamu masih punya perasaan sama Danang. Disini selain aku ingin menjelaskan kebenaran ini, Aku juga ingin membantu sepupuku mengutarakan perasaannya.” Firda tercekat mendengar pernyataan terakhir Rina. Ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud cewek di depannya ini. Belum selesai otaknya mencerna semua kejadian ini, Firda melihat Danang telah berdiri diatas tanah berumput yang telah diukir menyerupai bentuk hati. Yang juga bertuliskan ‘I love you Kak Firda’. Tulisan itu dibuat dari potongan mawar merah dan putih. Yang berdominasi rumput hijau sebagi backgroundnya.
Firda hampir menangis karena terharu melihat semua ini. Ia tak pernah menyangka jika Danang juga mempunya perasaan yang sama dengannya.
Danang berdiri sambil meniupkan peluit birunya beberapa kali. Ia tengah mengungkapkan perasaannya dalam bentuk sandi morse.
Be my girlfriend, kak Firda.” Dalam menggunakan bahasa isyarat morse.
“Aku mau.” Juga dengan menggunakan bahasa isyarat morse. Namun ia bersiul menggunakan bibirnya sebagai pengganti peluit.
“Cihuy!!!” Danang meloncat kegirangan dan berlari ke arah Firda lalu memeluknya. Danang menggendong Firda dan memutar-mutarkan tubuhnya sebagai ungkapan rasa bahagianya.

JJselesaiJJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank you for your visiting :D