Halaman

Sabtu, 27 Oktober 2012

5 Tanda mantan ingin balikan

Dia yang sempat menghilang, tiba-tiba sikapnya berubah. Lebih perhatian, lebih manis dan lebih terbuka. Padahal, status kamu dan dia sudah mantan. Hmm, bisa jadi mantan pengin balikan tuh, sama kamu. Nah, sebelum menarik kesimpulan, coba deh, cek tanda-tanda mantan ingin balikan, berikut ini:

Mulai Dengan Bertanya KabarWalaupun nggak sesering saat pacaran, mantan kini mulai rajin menghubungi lagi. Awalnya, tentu saja dibuka dengan bertanya kabar, terus lanjut dengan pertanyaan pamungkas: “Nggak apa-apa nih, kalau aku ganggu kamu? Nanti ada yang marah lagi.”

Cari-cari KesamaanKalau mantan tahu kita masih jomblo, biasanya dia mulai tuh, mencari-cari kesamaan antara kita dan dia. Mulai dari hobi, musik favorit, atau makanan kesukaan. Adanya kesamaan kita dan dia membuat mantan makin mantap untuk balikan lagi sama kita.

Mengajak Bernostalgia“Ingat nggak sih, dulu kita....” Nah, kalau kalimat pembukanya sudah begini, jelas banget mantan masih terkenang memori manis (mulai dari tanggal jadian sampai kado) saat pacaran dulu. Dengan mengajak kita bernostalgia, mantan berharap kita jadi punya chemistry lagi dengan masa lalu.

Kasih Perhatian LebihMemberi selamat saat tim dance kita menang, menelepon atau BBM untuk mengingatkan makan dan sederet perhatian lainnya adalah sinyal kuat mantan masih ingin balikan. Apalagi, jika sebelumnya dia  tergolong cowok yang sangat cuek.

Minta Maaf Untuk Kesalahannya DuluNggak disangka, mantan meminta maaf untuk kesalahannya dulu selama pacaran dengan kita. Eits, jangan kaget, lalu mencap mantan yang tidak-tidak, ya. Bisa jadi, permintaan maaf ini adalah wujud penyesalan terhadap kesalahan yang sudah pernah dia lakukan ke kita. Jadi, nggak ada salahnya menerima permintaan maafnya dengan tulus.

Bisnis Gelap 'Like' di Facebook

Para pengguna Facebook yang mengklik link yang berbunyi “Klik ini jika Anda membenci kanker” bisa jadi mendapatkan kejutan yang tidak menyenangkan. Link seperti gambar ini tidak berpengaruh apa-apa dan hanya digunakan untuk mengumpulkan “like” yang akan dijual. Membuat para penipu online menjadi kaya.
Begitu telah mengumpulkan banyak “like”, halaman itu kemudian dijual untuk mendapatkan uang kepada para pelaku bisnis agar mereka agar terlihat populer.

Sebuah blog yang diposkan oleh Daylan Pearce, ahli mesin pencari di Next Digital di Melbourne, menjelaskan bagaimana cara kerja penipuan (scam) dan menunjukkan bagaimana halaman-halaman tersebut dijual.

Unggahan gambar yang berisi deskripsi seperti “Klik ‘like’ jika Anda bisa melihat harimau”, atau “Berikan komentar dan lihatlah apa yang akan terjadi” digunakan untuk mengumpulkan “like” dan komentar untuk sejumlah halaman.

Begitu halamannya telah mengumpulkan ribuan “like” dan komentar, maka halaman itu akan memiliki posisi tertinggi dalam News Feed para pengguna Facebook. “Like” bagaikan mata uang bagi situs tersebut.

Pearce mengungkapkan bahwa halaman dengan 100.000 “like” dapat dijual seharga $200 (sekitar Rp2 juta).

Pearce menjelaskan dalam blognya, semakin banyak “like” dan “share” dan komentar yang didapat, semakin terbuka pula peluang mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu pendek dan panjang.

Begitu sebuah halaman sudah mendapatkan 700 ribu “like” (dengan cara menipu), maka halaman itu akan dijual ke orang lain yang ingin populer dalam waktu cepat. Informasi halaman pun diubah — bukan lagi soal kanker, binatang dsb tetapi mengenai bisnis.

David Em, peniliti jaringan keamanan senior di Kaspersky Lab berkata, “Situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mengalami peningkatan target kejahatan dunia maya.”

“Alasan utamanya adalah kepercayaan yang dirasakan oleh orang-orang saat berhubungan dengan para sahabat mereka secara online. Orang-orang lebih senang mengklik sebuah link yang dibagikan teman, dan rasa kepercayaan itulah yang dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan di dunia maya.”

Jumat, 26 Oktober 2012

Tenang dengan Berenang


SellaPotterheads - Liburan sudah di depan mata, tapi Anda masih bingung mau ngapain? Let's go swimming!


Berenang tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga efektif membantu pikiran menjadi lebih relaks dan tenang.

Kolam renang menjadi tempat yang ideal untuk merelakskan sendi yang kaku dan nyeri akibat bekerja setiap hari. 

Cobalah berendam di kolam air hangat, karena air hangat dapat membantu melonggarkan kekakuan sendi. Bonusnya, berenang bisa meningkatkan kekuatan tulang, terutama bagi wanita pasca menopause.

Hebatnya, berenang membantu memperbaiki otak menjadi lebih baik melalui proses yang dikenal sebagai neurogenesis hippocampal, dimana otak menggantikan sel yang hilang akibat stres.

Rutin berenang juga memiliki keuntungan yang sama seperti latihan aerobik. Berenang minimal 30 menit setiap hari bisa mengurangi risiko penyakit jantung koroner hingga 40 persen.

Bahkan, bagi Anda yang susah tidur malam, berenang menjadi cara ampuh menyembuhkan kebiasaan buruk ini. Ketika berenang, seluruh tubuh kita bekerja dengan baik, termasuk pernapasan.

Badan bugar dan ditambah bonus tidur lelap berkualitas. Fantastic!

BALI TO REMEMBER


            On 31st May 2012, I went to Bali with my friends of state junior high school for four days. We went to Bali rode 3 bus. And I was in a bus 1 with the full facility. There is some AC, and six LCD for watched a movie.
            Right at 9 p.m. we left our school to came to Bali. In my heart said, "Bali i'm coming" I was happy at that time. Because, this is my first time I came to Bali. In bus, my friends sang a song and played guitar together. But, I can’t enjoyed that moment, because I had a headache. I just slept in the bus, without heard anything.
            In the midnight, around at 1 a.m. we arrived at the Ketapang’s Harbour. After that, we got off the bus to board the ship. During twenty minutes in the ship, finally we arrived at the Bali Island. The air was so coldly. Until, I must wore my jacket.
           


At 05.30 a.m. WITA we prayed together at the nearest mosque. And also, we cleaned our face and ate some breads. Then we continued our journey in Bali. The first planning, we would went to the Sanur beach. But, because we were late we must cancelled it.
            In the bus, I just slept. Because I was so tired. Until I woke up I had arrived at the restaurant to had a breakfast. Breakfast menu for this morning is “Rawon”. I was enjoyed my breakfast. Because I was so hungry. Although I had headache I was so happy because I can inhaled Bali’s air.
            After that, we went to Krisna “The Center Souvenirs in Bali.” I bought some souvenirs for my family. And also my friends. They bought some souvenirs to their family. After that, we went to our hotel. The named is “Green Villas Hotel.” That located in the near of Ngurah Rai’s airport of Bali.
            The second day we visited some location of tourism. Such as, Tanjung Benoa, Dreamland beach, Kuta beach, etc. One full day, we spent our time for vacation until we felt tired. We did some activities there. Such as, we tried to talked with the foreign tourists from Brazil and took a picture with them. And I laughed with my friends because my joke. I felt happy there. Because I can released all my problems.
In the Third day, we prepared to left Bali. We prepared to came back home. This the best experience that I ever had. And I want to repeat once again.

True Love Nadia & Fandy


Suara gemuruh hujan dan petir lengkap menemani kepiluan hati Fandy saat ini. Di ruang tengah tempat berkumpulnya sebuah keluarga Fandy duduk tertunduk dengan wajah pasrah dan sayu. Ia hanya mampu berkata ‘ya’ dalam sebuah rapat tak tertulis ini. Walaupun sebenarnya hatinya menyangkal tuk berkata ‘ya’. Fandy memang seorang yang kalem dan penurut. Namun dibalik hati indahnya terselubung sifat pemberontak yang ia tidak tau cara mengungkapkannya.
            “Setelah lulus SMP, kamu dan adik kamu ayah sekolahkan ke Tangerang. Dan kita sama-sama akan tinggal di sana. Karena pekerjaan ayah yang menuntut kita pindah ke sana. Untuk itu siapkan dari sekarang nilai kalian. Karena pasti akan sulit mencari sekolah yang bagus jika nilai kalian buruk.” Ujar ayah.
            “Lalu siapa yang menjaga rumah ini, ayah?” Tanya Fandy.
            “Rumah ini akan ditempati sama om dan tante kamu. Mereka yang akan menjaga rumah ini selama kita pergi. Tenang saja Fandy. Setelah pekerjaan ayah selesai, kita pasti akan langsung kembali ke sini. Lagian Tangerang kan masih termasuk wilayah Pulau Jawa. Jadi kita bisa sesekali ke sini menengok kabar saudara di Jember.” Jawab ibu dengan lembut.
            “Fandy bisa tidak sekolah di sini saja? Fandy tinggal dengan om dan tante saja.”
            “Tidak!!! Siapa yang mau menjaga kamu disini? Om dan tante kamu itu orang sibuk. Nggak ada yang ngawasin kamu di sini.” Sontak badan Fandy tersentak mendengar penuturan ayahnya yang jelas tidak bisa diganggu gugat. Fandy pun semakin tertunduk dan tanpa sadar menetes lah bulir-bulir air mata dari pelupuk matanya. “Iya ayah.” Lagi-lagi Ia harus berkata ‘ya’ untuk sebuah keputusan yang sangat bertentangan dengan isi hatinya.
*****

            Jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Tapi tetap saja kedua mata Fandy tak mau menutup. Ia masih gelisah memikirkan penuturan ayahnya tadi sore. Sebenarnya hanya satu nama yang telah membuatnya ragu untuk ikut pindah ke Tangerang. Satu nama spesial yang cukup lama bernaung di hatinya. Nadia Jihan Rahmawati. Seseorang yang berhasil menyihir perasaan seorang Fandy Rasfian.
            “Aku harus segera mengutarakan perasaanku. Aku nggak mau menyesal nantinya.” Gumam Fandy. Lalu dengan sigap ia mengambil ponsel-nya dan dengan lincah ia menekan huruf-huruf yang tertera di ponsel-nya.

Nad, plg skul q tgg d dpn kls 9a
Q mw ngmg  sesuatu

Beberapa saat kemudian muncullah balasan yang ia tunggu.

Mw ngmg ap?
Iy sdh

Balasan yang singkat dan jelas ini mampu membuat Fandy kembali tenang dan ingin cepat-cepat menyegerakan tidurnya.
*****
            Pagi yang indah ini membangunkan niat Fandy untuk segera berangkat ke sekolah. Ia ingin segera mengutarakan perasaanya dan bisa pergi dari kota Jember dengan tenang. Sabtu ini memang tidak ada pelajaran di sekolahnya. Hari sabtu selalu diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan bakat siswa. Dan hari sabtu adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua siswa SMPN3Jember. Karena pada hari ini mereka bisa bebas berekspresi tanpa harus terbebani oleh pelajaran.
            Tapi tetap saja, sabtu ini adalah hari yang paling menegangkan bagi fandy. Karena di hari ini ia harus siap menerima segala jawaban sekaligus resikonya jika ia jujur tentang perasaannya.

            Bel pulang telah berbunyi tiga kali. Murid-murid banyak yang berhamburan ke luar pintu sekolah sehingga mengakibatkan kesesakan yang parah. Di depan pintu kamar mandi pria, fandy masih berdiri dengan gelisah. Dengan ditemani sahabat setianya Lesmana.
            “Sudahlah nggak usah ragu-ragu kalau mau mengutarakan perasaan itu. Cepat samperin dan katakan apa sebenarnya perasaanmu. Kalau begini terus kapan dia mau tau. Yang ada malah penyesalan nantinya.” Bulir-bulir keringat masih berjatuhan dari kepala fandy. Badannya pun masih mengeluarkan keringat dingin. Wajahnya merah tampak menunjukkan ekspresi gugup dan tangannya gemetar. Sungguh tak biasanya ia seperti ini. Semasa masih menjalin hubungan dengan mantan-mantan pacarnya ia tak pernah segugup ini. Hanya nadia lah yang dapat membuat fandy berubah bentuk seperti ini.
            Dengan sedikit paksaan dari sahabatnya, fandy memberanikan diri menuju ke depan kelas 9a. Disana telah duduk seorang cewek berjilbab yang tengah membaca buku. Dengan ragu fandy duduk di sebelahnya walaupun agak sedikit jauh.
            “Hai!” Dengan sekuat tenaga fandy memberanikan diri untuk menyapa.
            “Hei, sudah lama?” Jawab nadia sambil tersenyum.
            “Seharusnya aku yang tanya ke kamu, sudah lama nungguin aku?”
            “Enggak kok. Baru sepuluh menit.” Mendengar jawaban nadia, fandy tersenyum dan suasana pun kembali hening. nadia dan fandy tampak berkemelut dengan pikirannya masing-masing. Walaupun nadia membaca buku namun hatinya masih bertanya-tanya kenapa fandy mengajaknya bicara. Dan apa sebenarnya yang akan dibicarakannya.
            Fandy pun begitu. Sambil memainkan jari tangannya, ia masih bingung harus memulai dari mana. Pikirannya seolah tidak sejalan dengan hatinya. Ia pun mencoba menenangkan dirinya sambil mempersiapkan dari mana ia harus bicara. Belum lagi usahanya membuahkan hasil, ponsel-nya berdering. Tanda SMS masuk.


Cepetan bro!
Km gmw kan mangsamu lepas
cm gra2 gmw mati bosan
nungguin km bk suara?
Ayo semangat!
Km pasti bsa!
          “Nadia, aku mau ngomong sesuatu.” Akhirnya fandy buka suara.
            “Iya?”
            “Aku… aku… aku… “ Bulir-bulir keringat kembali berjatuhan di pipinya. Nadia masih menunggu dengan antusias.
            “Aku… aku cinta…..eh, aku mau pindah ke Tangerang.” Lanjut fandy.
            “Kapan?” Tanya nadia.
            “Setelah lulus SMP ini. Aku sekeluarga mau pindah ke Tangerang. Karena pekerjaan ayahku yang menuntut kami harus pindah. Tapi mungkin tidak lama. Setelah pekerjaan ayahku selesai, aku akan kembali ke jember.” Sontak tubuh nadia kaku dan lemas. Seperti ada ribuan beton yang tengah menindih hatinya. Dadanya sesak dan tak mampu berkata apa-apa. Ia tidak ingin berpisah dengan fandy karena satu alasan yang tidak dapat ia ungkapkan. Ia mencintai fandy. Sangat mencintainya. Dan tidak ingin jauh ataupun berpisah dengannya. Tapi ia tidak mampu mengutarakannya karena status gender-nya yang sebagai cewek dan ia tidak mungkin memulai.
            “Oh,” Hanya kata itulah yang mampu keluar dari bibir manis itu.
            Fandy agak kecewa karena tak mampu berbicara yang sesungguhnya. Begitu pula lesmana sahabatnya. Ia memantau dari jauh dan nampak kecewa akan hasil yang dilihatnya.
            “Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi fan? Kalau hanya itu aku mau pulang.”  Nadia agak kikuk berada disamping fandy. Dan ia ingin cepat pulang untuk menenangkan pikirannya. Dan bodohnya fandy malah mengijinkan nadia pulang. Nadia pun membereskan bukunya dan pergi dengan hati bimbang.
            “Nadia…” baru selangkah berjalan, fandy memanggilnya kembali.
            “Iya?”
            “Masih ada yang ingin aku bicarakan.” Nadia pun berbalik dan kembali duduk di samping fandy. Dengan sekuat tenaga fandy memberanikan diri menatap mata indah nadia tepat di manik matanya. Tak ayal lagi bulir keringat pun berjatuhan di pipinya. Dan raut wajah fandy berubah warna menjadi merah. Namun ia tidak mau menunggu lagi. Ia ingin segera bebannya teratasi.
            “Aku… c…cc….c…iii….nta, aku s….ss….uu…ka, a..ku… sa….yyy…aa..nngg kka..mmu, nad.”
            “Apa, fan? Kamu kenapa sih? kok ngomongnya tiba-tiba gagap?”
            “Aku…aku….aku…aku cinta kamu nad. Aku suka kamu nad. Aku sayang kamu nad. Dari dulu waktu kamu datang ke kehidupan aku. Kamu yang memotivasi aku. Kamu yang membuat aku semangat nad. Aku sayang kamu nad. Lebih dari sayang, lebih dari cinta, lebih dari suka.” Mendengar pengakuan fandy yang tulus, nadia menangis. Ia tidak tahu perasaan apa yang sekarang ada di hatinya. Yang jelas perasaan senang, sedih, dan haru bercampur jadi satu. Melihat perubahan reaksi nadia, fandy jadi semakin merasa bersalah. Ia takut ucapannya telah mengusik bagian yang paling sensitif dari nadia. Dan ia paling tidak bisa melihat orang yang dicintainya menangis.
            “Nadia jangan menangis. Aduh, aku minta maaf nad jika aku telah menyinggung perasaanmu. Maafkan aku ya? Tolong jangan menangis. Aku paling tidak bisa melihatmu menangis. Aku minta maaf karena telah blak-blakan mengutarakan perasaanku. Anggap saja ucapanku yang tadi nggak pernah ada nad.”
            “Kamu nggak salah fandy. Aku menangis karena kita nggak bisa bersama lagi. Kita terpaut oleh jarak yang sangat jauh. Sebenarnya aku juga sayang sama kamu. Lebih dari sayang, lebih dari cinta, lebih dari suka. Dari dulu fandy aku simpan perasaan ini.“ mendengar jawaban nadia, fandy tersenyum bahagia.
            “Kita bisa pacaran jarak jauh kan nadia. Kita bisa berhubungan lewat ponsel dan facebook.
            “Tetap saja nggak bisa. Aku tidak diperbolehkan pacaran sekarang. Aku juga harus serius sama belajarku dulu. Tunggu aku empat tahun lagi fandy.”
           

            Sontak tubuh fandy kaku tak berdaya. Seolah ada ribuan tampar yang tengah mengikat tubuhnya. Perasaannya juga campur aduk. Antara bahagia dan sedih. Namun lagi-lagi ia harus pasrah dan harus berkata ‘ya’ pada sebuah keputusan yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Tidak apalah. Yang penting beban ini sudah berkurang. Dan aku sudah tau perasaan nadia yang sebenarnya. Setidaknya itu bisa menenangkanku. Batin fandy.
            “Jika kita ditakdirkan bersama, kita pasti akan bertemu lagi. Walaupun banyak rintangan yang berusaha menghalangi kita. Jangan pernah ragu akan kebesaran Tuhan. Aku pulang dulu ya?” nadia meninggalkan tempat dengan perasaan bahagia bercampur haru. Fandy masih termangu mencoba mencerna kejadian yang ia alami saat ini.
*****
            Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan yang sangat ditunggu-tunggu oleh siswa. Ada yang bahagia karena yakin akan lulus. Ada yang takut karena tak yakin akan lulus. Dan ada yang pingsan karena tak kuat melihat hasil yang akan diperolehnya. Tapi yang jelas hari ini adalah hari yang paling tidak fandy tunggu. Karena hari ini tepatnya nanti sore ia akan pergi meninggalkan jember. Untuk memulai hidup baru di Tangerang. Fandy sudah tidak memikirkan hasil yang ia terima nantinya. Ia hanya ingin tidak cepat-cepat berpisah dengan nadia.
            Di sudut lain, nadia pun sama seperti fandy. Tampak gelisah bukan karena hasil UAN. Melainkan gelisah karena takut berpisah dengan fandy. Nadia tau hari ini adalah hari ia harus berpisah dengan fandy. Pilu rasanya jika ia mengingat masa-masa indah dengan fandy. Masa-masa ia tertawa bersama, masa saat fandy menghiburnya di kala ia sedih. Sungguh ia rindu masa-masa itu. Dan jika nadia diberi satu permintaan sekarang, ia akan meminta untuk membalikkan waktu yang ada. Ia ingin kembali pada masa-masa dulu.
            Di depan kelas 9a, nadia dan fandy tampak bersama dalam suasana hening. Mereka ingin mengucapkan salam perpisahan.
            “Selamat ya dengan kehidupan barumu di Tangerang? Semoga bisa cepat menemukan pasangan.”
           

            “Selamat juga dengan kehidupanmu di sini. Semoga empat tahun lagi perasaanmu masih tetap sama seperti sekarang. Aku tidak akan mencari penggantimu nadia. Aku sudah yakin untuk mencintaimu. Jadi jangan pernah berpikir aku akan bersama orang lain disana. Pasanganku ada disini bukan disana.” Mendengar pengakuan fandy yang tulus, nadia tercekat. Ia tidak menyangka fandy akan begitu cinta padanya. Nadia pun hanya tersenyum menanggapinya.
*****
Tujuh tahun kemudian

            Hari ini di kusuma convention hall jakarta diadakan perkumpulan rapat para dokter se-indonesia. Atau istilahnya rapat IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Nadia datang sebagai penghibur pada acara tersebut. Ia memainkan alat musik biola untuk menghibur para dokter pada acara rapat IDI ini. Baru sebulan kemarin nadia telah diwisuda dari fakultas kedokteran UNAIR Surabaya dan resmi menjadi dokter muda sekarang.
            Dengan apik dan sempurna nadia memainkan biola kesayangannya. Ia membawakan lagu One more time yang menjadi soundtrack film 5 cm / sekon. Dengan penuh penghayatan ia memainkannya sehingga terdengar sangat indah. Para penonton terpukau oleh penampilannya. Begitu pula dokter pria muda yang duduk di bangku pojok belakang. Ia begitu terpesona melihat penampilan nadia.
            Suara riuh tepuk tangan memenuhi seluruh gedung ini. Nadia berhasil menyihir para penonton yang notabene adalah para dokter senior yang telah berpengalaman. Ini kali pertamanya ia mengikuti rapat IDI. Sehingga nadia agak gugup untuk menampilkan permainan biolanya.
            Tepat pukul 16.00 WIB rapat IDI selesai. Selama 7 jam rapat IDI berlangsung membuat nadia lelah dan gerah. Ia ingin segera pulang dan cepat-cepat membasahi tubuhnya. Di depan pintu utama hall nadia disalami oleh para dokter yang terpukau dengan penampilannya tadi.
           

            “Dokter, selamat ya. Sungguh saya terpukau dengan penampilan anda tadi. Penampilan anda sangat bagus. Anda juga sangat menghayati. Apa lagu itu mempunyai arti yang dalam bagi dokter?” nadia hanya tersenyum malu-malu menanggapinya. Karena memang benar. Lagu yang ia nyanyikan mempunyai arti yang dalam baginya. Lagu itu mengingatkannya pada seseorang yang sangat ingin ia temui dari dulu.
            “Selamat ya dokter nadia. Ternyata kamu masih sama seperti dulu. Kamu masih sangat mempesona.” Nadia tercengang melihat orang yang menyalaminya. Orang itu adalah orang yang telah lama ia tunggu. Ia juga sama memakai jas putih yang didalamnya memakai hem panjang bergaris warna biru. Dan rambutnya masih sama seperti dulu. Masih licin dan rapi. Walaupun terkesan awut-awutan. Wajahnya mencerminkan wajah seorang yang berpikir. Ia sangat tampan. Matanya sangat indah walaupun memakai kacamata. Orang itu adalah Fandy Rasfian. Cinta pertamanya pada saat SMP.
            “Kenapa bengong? Kaget ya ngelihat aku? Ikut aku yuk.” Fandy menggandeng tangan nadia dan mengajaknya ke suatu tempat.
            “Kamu kok bisa disini fan?”
            “Pertanyaanmu aneh deh. Aku disini ya karena aku seorang dokter. Kalau bukan dokter aku nggak akan disini kan. Lagian Biasanya orang yang udah lama nggak ketemu itu pasti akan tanya kabar.” Nadia terkesiap mendengar komentar fandy. Sungguh ia sangat gugup  tadi sehingga tidak tau akan bicara apa.
            “Oh ya apa kabar?”
            “Kabar aku ya seperti sekarang ini. Apalagi setelah ketemu sama kamu. Kabar aku jadi tambah baik. Gimana? Udah bersuami?” Tanya fandy langsung. Sehingga membuat jantung nadia berdetak lebih cepat.
            “Belum.”
            “Kalau calon suami?”
            “Belum juga. Belum ada yang cocok. Kalau kamu sudah punya istri?” Cukup lama fandy berpikir. Raut wajah yang tadi tenang kini menjadi tegang. Tapi tak seperti dulu. Tak terlihat buliran keringat mengalir dipipinya. Hanya raut wajahnya yang menyimpulkan sarat bingung.
           

            “Untuk istri, aku belum menikah. Tapi kalau calon aku sudah punya.” Jantung nadia berdetak makin cepat. Perasaan hancur semasa SMP dulu kembali terjadi hari ini. Namun sekarang seolah terasa ratusan ribu beton menindih hatinya. Dan sejuta tampar mengikat tubuhnya. Ia tak mampu bicara. Ia ingin menangis, tapi tak bisa.
            “Siapa?”
            “Seorang dokter muda.”
            “Oh. Selamat ya? Semoga kalian bahagia. Dan langgeng. Kalau begitu aku pergi dulu.” Dengan langkah gontai nadia pergi meninggalkan taman hall. Namun fandy berhasil mencegatnya.
            “Nadia…..”
            “…. Untuk kedua kalinya, bolehkah aku menitipkan hatiku ini padamu? Maukah kau menjadi pendamping hidupku?” nadia terkesiap. Ia tidak mampu berkata-kata. Ia mengira fandy hanya bercanda. Tapi tampaknya tak mungkin. Melihat raut wajah fandy yang sangat serius.
            “Kamulah calon pendamping hidupku nadia.” Fandy tersenyum tulus.
            “Kamu mengerjaiku ya? Kamu bilang kamu sudah punya pendamping. Sialan!” nadia menimpuk fandy dengan tas prada ungu-nya. Fandy pun berusaha menghindar. Tak ayal lagi, adegan kejar-kejaran pun tak terelakkan. Mereka berdua sampai menjadi tontonan banyak para dokter.

JJselesaiJJ

Annisa Pinastika (Pipin)


Masih terekam dengan jelas awal pertemuanku dengan dia. Di dalam angkutan umum berwarna kuning yang berlambang huruf D. Yang artinya jurusan kampus. Aku dan dia memang sering naik kendaraan ini jika waktu pulang telah tiba. Dan memang rumah kita searah. Hanya saja rumahku lebih jauh daripada rumahnya.
            Saat itu, aku dan gita temanku se-Lin sudah duduk di kursi penumpang dengan tenang sambil melepas kelelahan. Lalu, setelah itu naiklah dynda dan nandia dan akhirnya disusul olehnya. Di dalam Lin, aku dan dia berkenalan. Awalnya, dia dulu yang tanya namaku, gita, dynda dan nandia. Dia yang pertama kali mengajak ngobrol kita berempat. Hingga aku yang awalnya tidak akrab dengan dynda dan nandia bisa menjadi akrab karena dia.
            Kesan pertama, aku senang berkenalan dengannya. Terlihat jelas olehku dia adalah orang yang sederhana, apa adanya, tidak angkuh, dan tentunya ramah dan baik. Aku sampai berandai-andai agar aku bisa sekelas dengannya. Hingga impian itu terwujud ketika aku naik ke kelas 8. Kita dipersatukan oleh guru BK di kelas 8f. Tapi di awal semester aku dan dia masih belum begitu akrab dan dekat. Kita ngobrol juga hanya sebatas ngobrol tentang pelajaran atau apalah.
            Semester II kelas 8 aku, ucha, dia dan tyan sudah mulai dekat bagaikan sahabat. Karena kita sering satu kelompok jika ada tugas berkelompok. Dia juga memiliki kesamaan denganku. Sama-sama suka tidur dimanapun dan kapanpun dan sama-sama lemot dalam bidang ilmu hitung. Dan ujung-ujungnya, ucha dan tyan yang harus rela mengajari kami sampai mati overdosis mungkin. Karena mulutnya yang berbusa karena kami tak kunjung mengerti.
            Semester pertama kelas 9, aku dan dia sudah dekat dan lengket sekali. Kami pun sering sharing tentang masalah kami. Aku curhat ke dia dan dia dengan ikhlas memberikan saran kepadaku. Teman-teman yang lain pun juga begitu. Mereka sering meminta saran kepadanya. Karena memang semua nasehatnya selalu dapat membangkitkan kembali hati yang terpuruk.
            Tapi ada satu lagi sifatnya yang mampu membuatku penasaran. Dia misterius dan tidak bisa ditebak. Dia bagaikan bom waktu yang bisa kapan saja meledak-ledak. Dan jika sudah seperti itu, kita temannya harus mengerti dan harus memberikannya waktu sendiri.
            Dia adalah seorang yang penyayang. Dan dia tidak akan membiarkan sesuatu yang sudah disayangnya akan luka dan cacat sedikitpun. Kepada barangnya sendiri saja dia sangat teliti dan hati-hati. Jika ada bukunya yang kusut sedikit dia sudah ngambek dan bingung bagaimana caranya merapikan kembali. Kepada teman dekatnya pun dia mampu melindungi dan mengayomi bagaikan seorang ibu. Dia tak akan pernah membiarkan teman dekatnya menangis. Dan dia dengan ikhlas akan memberikan bahunya sebagai sandaran untuk menangis. Dan dia rela memberikan tangannya sebagi tissue untuk menghapus air mata teman dekatnya. Termasuk aku. Dia selalu menghiburku ketika aku telah terpuruk oleh masalahku yang terkadang hanya masalah sepele.
            Dia mampu mengayomi semua temannya. Mampu merangkul semuanya tanpa pandang bulu. Meskipun orang itu pernah menyakiti hatinya, dia tidak pernah dendam dan marah sampai berlarut-larut. Terkadang aku banyak belajar darinya dalam mengatasi masalah. Karena walaupun dia sering menjatuhkan air mata karena tak mampu membendung semua masalahnya dia mampu mengatasi semuanya dengan tawa.
            Pernah suatu waktu dia merasakan kesunyian karena sendiri. Dia butuh seseorang yang mampu mengisi relung jiwanya yang kosong. Namun kuyakinkan padanya, jika kesepian itu tidak semua karena tidak mempunyai pasangan. Dan dia mampu menerima nasehatku. Dan tak lama kemudian dia kembali tertawa dan melakukan hal kegilaan dengan aku dan muti.
            Dia jugalah orang yang paling mengerti akan perasaanku. Dan dia adalah orang yang paling care diantara kami bertujuh. Dia yang memberiku semangat dan dorongan agar aku bisa mengungkapkan perasaanku pada rasta. Walaupun itu semua tak pernah aku lakukan karena rasa maluku yang begitu besar. Tapi dia tak pernah bosan mendengar semua curhatku yang terkadang nggak penting. Dan dia lah yang meyakinkanku jika suatu saat rasta pasti akan mencintaiku. Dia juga yang memberi julukan nama gradien pada rasta. Alasannya rumus gradien adalah y/x yang artinya rasta atau y*** diatas segala-galanya bagi x atau sella. Dan memang arti dari gradien sendiri adalah suatu kemiringan garis. Dan memang orang yang aku cinta sudah agak miring otaknya karena dia suka usil, nakal, dan gila.
            Sebenarnya, jika masih belum mengenalnya dan belum memahami wataknya semua orang beranggapan dia itu orang yang angkuh, egois atau apalah. Tapi sebenarnya anggapan itu salah sama sekali. Itu hanya pendapat orang yang masih belum mengenalnya dengan baik. Karena aku sudah dua tahun bersama dengan dia dan aku sudah mulai memahami wataknya. Dan aku juga sudah tau kapan dan bagaimana dia jika sedang sedih dan senang.
            Kesimpulannya, sangat sulit mencari orang yang sebaik dia. Walaupun dia orang yang sensitive karena jika marah emosinya meledak-meledak, terkadang dia juga bisa lembut selembut hati ibu. Mungkin akan sedih hatiku jika suatu saat aku tak bersamanya lagi. Tapi aku hanya berharap kepada Tuhan agar selalu menjaganya, menyejukkan hatinya dan membahagiakan dia dimanapun dan kapanpun.

Aulia Rafikasari (Ucha)


Awalnya kukira dia adalah seorang yang angkuh, sombong dan apalah. Yang jelas kesan pertama kali aku bertemu dia di bangku kelas 8 aku sudah nggak suka sama dia. Dan setelah ku tau, dia duduk di bangku depanku aku sudah mulai merasa nggak ngeh sama dia. Dia duduk sama pipin sahabatnya. Orang yang sudah aku kenal baik sejak kelas 7 di Lin. Di situlah aku mulai membeda-bedakannya dengan pipin orang yang sangat baik dan ramah. Beda sama dia yang pada saat itu hanya diam, diam dan diam tanpa ada seulas senyum yang tersungging dari bibirnya. Memang sih, dia cantik dan pintar. Tapi entah kenapa kesan pertama aku sudah nggak suka sama dia.
            Tapi aku tak menjauhi dia. Aku mencoba untuk mendekati dia karena aku memang penasaran sama sifatnya. Karena aku yakin dibalik sifat awalnya yang seperti itu, pasti tersimpan sifat yang asyik untuk diajak berteman. Usahaku berhasil. Setelah beberapa bulan kita sekelas, aku dan dia sudah mulai ngobrol tentang beberapa hal. Awalnya aku hanya meminjam sebuah stippo lalu berlanjut dengan aku tanya nama FB-nya dan aku jadikan dia sebagai saudara perempuanku di aplikasi FB-ku. Dan akhirnya kita bisa ngobrol sampai ke banyak hal.
            Setelah kelas kita dipindah di kelas atas, disitulah awal dari kebersamaan kita. Aku sudah tidak duduk dengan vitta temanku kelas 7 dulu. Aku duduk dengan jean, maya dan tyan yang terakhir. Aku memang tidak pernah cocok duduk sama teman selain teman SD-ku. Biasanya jika ada tugas kelompok, aku selalu berkelompok dengan sherly dan putri. Tapi karena ada sedikit konflik diantara kami bertiga, akhirnya aku berkelompok dengan dia, pipin dan tyan. Kami selalu berempat. Kemana-mana kami selalu berempat. Tapi kebersamaan kami tak sekompak saat di kelas 9.
            Semester II telah kujalani dan akan berakhir. Sebentar lagi aku akan naik ke kelas 9, tapi aku sedih karena tidak bisa duduk di belakang dia dan pipin lagi. Tapi meskipun begitu, kita tetap kompak dan selalu bersama-sama. Pangkalan kami saat istirahat selalu di teras depan kelas kami, kelas 9a. Tapi kami tidak hanya berempat lagi. Kita sekarang bertujuh. Dengan muti, jean dan achis. Di situlah kami bermain-main dan bersenda gurau. Dan karena tempat itulah aku menemukan seseorang yang kucinta.  
            Dia adalah orang kedua yang kuberi tau aku mencintai seseorang setelah tyan. Di Lab. Bio waktu itu aku curhat ke dia tentang seseorang yang kucinta. Awalnya aku hanya tanya tentang sesuatu yang berkaitan tentang rasta, orang yang aku cinta. Tapi sepertinya dia sudah mengerti kemana arah pembicaraanku setelah ini. Jadi dia bisa menebak dengan mudahnya jika aku mencintai rasta.
            Kelas 9 adalah akhir dari sebuah perjuangan untuk mencapai sebuah kelulusan. Di sekolahku, ada tradisi pentas seni untuk kelas 9. Sebenarnya sih, kami sangat antusias mempersiapkan ujian praktek seni budaya dan bahasa jawa ini. Namun, mengingat sulitnya persiapan dan pengolahan dana yang dibutuhkan. Karena dana yang dibutuhkan sangat besar, kelasku membutuhkan seorang ketua yang mampu mengayomi dan mengoordinir anggotanya. Dan pada saat kelas 9a mengadakan buka bersama di rumah firda, sekaligus membicarakan tentang pensi dan memilih pengurusnya. Dia terpilih menjadi ketua karena memang kemampuannya dalam memimpin tak dipertanyakan lagi. Dan memang semua anak kelas 9a saat itu sayang semua sama dia. Termasuk aku. Karena kejujurannya, kebaikannya dan kepolosannya. Selain itu dia juga memiliki bentuk fisik yang sangat sempurna.
            Pernah aku bertanya-tanya, kenapa ada makhluk Tuhan yang sesempurna dia. Sudah cantik, perangainya juga baik, anak orang kaya, pintar pula, dan banyak juga yang menyayanginya. Di sini pula lah aku kembali penasaran dengan dia. Aku amati dia baik-baik untuk melihat kekurangannya. Tapi berkali-kali mencoba aku selalu gagal. Dan akhirnya aku hampir menyerah meneliti sifat buruknya itu.
            Namun tanpa sengaja, karena seringnya kita bertemu untuk latian pensi, aku menemukan sifat yang aku tidak suka dari dia. Dia agak keras kepala untuk mempertahankan argumennya. Walaupun itu salah apa benar. Dia tetap menganggap argumennya itu benar sebelum orang yang menyalahkan argumennya itu menjelaskan secara detail bahwa argumennya itu salah. Dia memang orang yang kritis, tapi karena terlalu kritis jadi kesannya agak egois. Tapi aku tidak membencinya. Aku malah tambah senang berteman dengan dia karena aku dapat membaca segala wataknya. Next, dia itu pelupa. Dia selalu lupa akan PR-nya, barangnya, mungkin sebentar lagi dia lupa hidungnya ada dimana. Satu lagi, dia juga agak plinplan setelah aku teliti. Kemarin dia bilang A besoknya bilang B. Jadi aku bingung mesti nurut yang mana. Tapi tak apalah. Itu hanya sebagian kecil dari sifat buruknya. Lainnya itu dia baik.
            Dan agaknya, kesan pertamaku tentang dia yang pendiam sepertinya harus dihapus. Karena dia sudah agak gila. Karena terkontaminasi oleh anak-anak 9a. Dia selalu menar-nari nggak jelas. Dandan nggak jelas. Ketawa-ketawa nggak jelas. Sampai anak-anak ingin membawanya ke Menur. Tapi kesimpulannya dia itu gokil.
            Dan satu lagi yang aku suka dari dia. Dia sabar buat mengajari aku yang memang lemot sama matematika dan fisika. Dengan sabar dia menjelaskan tentang ilmu hitung itu kepadaku meskipun dia harus mati overdosis karena mulutnya berbusa. Dan dia juga sabar mengajariku bermain keyboard dengan tangan dua jika aku main di rumahnya.
            Yang aku herankan lagi, kenapa setiap aku main dirumahnya, seperti ada magnet yang tak menghendakiku untuk pulang ke rumah. Aku betah berlama-lama di rumahnya. Karena disana aku bisa berekspresi sesuai kemaunku. Aku bisa bermain keyboard dan gitar sepuasku. Dia juga nggak pernah protes jika aku acak-acak kasur dan kamarnya.
            Next, selain pipin dan ratih sahabatku, dia adalah orang yang selalu menyemangatiku ketika aku sedih dan terpuruk karena cinta. Dia pernah bilang padaku, “mungkin salwa memang cinta pertamanya rasta, tapi sella yang bakalan jadi cinta terakhirnya.” Sungguh, aku hampir menangis mendengar kalimat itu. Karena kalimat itu, aku jadi bersemangat lagi untuk mencintai rasta. Walaupun aku nggak yakin jika aku yang bakalan jadi cinta terakhrinya.
            Dia juga lah yang mengingatkanku jika aku sudah mulai malas dan ogah-ogahan buat belajar. Atau jika aku tertidur di kelas ketika pelajaran, dia membangunkanku secara perlahan agar aku tidak tertinggal dengan pelajaran. Sungguh, dia sudah seperti kakak bagiku. Aku turuti semua petuah dan nasehatnya. Termasuk nasehatnya agar tidak menyontek. Aku mencoba menurutinya perlahan-lahan walaupun kadang hampir tidak berhasil.
            Kesimpulannya, aku menyayangi dia seperti sayang seorang adik kepada kakak. Karena dia aku bersemangat dan dia adalah orang terkuat yang pernah ada. Karena dia mampu mengatasi masalahnya dengan senyuman.

Morse in Love


Hujan yang tak bisa diajak kompromi sama sekali. Di hari yang melelahkan ini, karena aktivitas pramuka di cadika, hujan masih tetap saja turun deras. Mengguyur tanah lapang yang digunakan untuk tempat perkemahan. Meninggalkan sisa-sisa tanah becek yang sangat tidak nyaman untuk dilewati. Tapi meskipun hujan menjadi penghalang, tetap tak menyurutkan semangat Firda untuk memimpin para junior pramuka dalam menjalani aktivitas kegiatan pramuka mereka seperti biasa. Hari ini mereka akan diajarkan sandi morse di aula. Dengan menggunakan jaket dan baju penghangat masing-masing, para junior itu mengikuti dengan antusias setiap instruksi yang diberikan.
            Di sudut belakang ruangan, ada satu kelompok yang berhasil membuat Firda naik darah karena ulahnya.  Dengan langkah cepat, Firda mendekati mereka.
            “Kelompok apa kalian?” Tembak Firda langsung.
            “Kuda kak.” Jawab mereka serentak.
            “Siapa pinru disini?” Hanya dengan isyarat jari telunjuk, Firda sudah tau siapa yang akan ia marahi habis-habisan setelah ini. Tapi setelah tau si pemilik wajah Innocent itu adalah sang pinru, niat Firda langsung surut untuk memarahinya. Ia malah diam terpaku karena terpesona menatap wajah tampan sang pinru. Mulutnya beku seolah habis disimpan dalam lemari es yang bersuhu rendah. Ia tak mampu berkata apa-apa.
            “Ada apa kak?” Tanya sang pinru.
            “Ee… ee… na…ma… kamu siapa?” Jawab Firda gugup.
            “Danang kak. Danang Fatchur Rahman.”
            “Ee… ee… isi identitas kamu ya? Nih!” Sambil menyodorkan selembar kertas dan sebuah bolpoint perak.
            “Untuk apa ini kak?” Dengan tangan masih memegang bolpoint yang menari-nari di atas kertas. Firda masih tetap terpesona menatap wajah Danang yang tampan. Namun ia segera tersadar dan kembali memarahi Danang.
           

            “Untuk apa?! Ya itu untuk mendata data kalian, karena kalian telah berisik sendiri dan sibuk sendiri dengan peluit kalian tanpa mendengarkan instruksi dari kakak. Sekalian data anggotamu juga. Jangan lupa cantumkan nomor ponsel.” Dengan nada sengaja dibuat tegas dan lugas. Tetapi langsung direspon dengan derai tawa dari salah satu anggota Danang. Yang kemudian diikuti dengan anggota yang lainnya.
            “Hwuahahaha. Bilang aja kak kalau mau minta nomornya Danang. Nggak usah sok masang tampang sewot gitu dong. Pertamanya aja marah-marah, terus ngiler ngeliat Danang, terus akting marah-marah lagi biar dapat alasan buat minta nomornya Danang. Hwuahahaha.” Wajah Firda memerah mendengar penuturan dari salah satu anggota Danang yang blak-blakan. Mulutnya terkunci rapat dan bingung mau merespon apa. Tapi untunglah akhrinya sang penyelamat datang. Tyan teman Firda mendamaikan suasana yang sudah mulai gaduh ini. Ia memerintahkan anggota kelompok kuda untuk segera menyelesaikan tugasnya dan kembali melanjutkan aktivitas.
*****
            Tak terasa hari ini sudah upacara penutupan kegiatan pramuka. Dua hari lamanya Firda dan para senior pramuka membimbing para junior, membuat mereka lelah juga. Itu pun mereka hanya tidur selama tiga jam. Dan itu tidak maksimal. Dan masih ada juga segelintir senior pramuka yang tidak tidur sama sekali karena kedapatan harus begadang untuk menjaga dan memantau keadaan di sekitar perkemahan pada malam hari. Firda lah salah satunya. Namun itu tetap tidak membuat semangat Firda surut. Karena pertemuannya dengan Danang kemarin yang secara tiba-tiba dan tak terduga yang telah membuat hatinya senang bukan kepalang. Dan ia juga telah mendapatkan nomor ponsel Danang. Kegiatan pramuka kali ini adalah kegiatan pramuka yang paling indah yang pernah Firda alami. Sesampainya di rumah aku akan sms Danang langsung. Go Diamond Firda! Batin Firda senang sambil menyemangati dirinya sendiri.
*****
            Di kamarnya, Firda kelimpungan karena bingung memikirkan apa yang harus ia katakan ketika SMS Danang nanti. Ia sudah mulai mengakui adanya benih-benih cinta yang kini bersemi di hatinya. Karena seorang junior yang hanya terpaut satu tahun lebih muda dengannya.

            Clingg!! Tiba –tiba muncullah ide gila di pikirannya. Ide gila yang akan membuat ia dan Danang semakin dekat. Ia akan menawarkan les privat kepada Danang untuk mempelajari morse lebih dalam, karena ia tau Danang agak lemah dalam bidang ini. Lalu dengan sigap ia bangun dari ketermanguannya  dan segera menyabet ponselnya yang terletak di meja belajar. Dengan mahirnya, Firda memainkan jari-jarinya di atas tombol-tombol ponsel miliknya.

085746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:09
Untuk para Junior pramuka,
Jum’at dpn kami para senior
akn mengadakan tes ujian
sandi morse.
ini akn menentukan point kalian utk menjadi senior pramuka selanjutnya.
belajar yg baik ya adik-adik.
NB : bg yg blm bs morse
bs menghubungi kk d no ini.
kk akn memberikan wkt luang kk
utk mengajari kalian.
Trims.
Salam pramuka,
Nur Akmalia Firdausi
senior pramuka

 
 




                                                                                                                      













Setelah beberapa menit, muncullah balasan yang ia tunggu.

+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:15
Ha?! Apa iya kk?
Q blm bs sm sekali morse kk. Gmn ini?
 
 




Firda senyum-senyum sendiri membalas sms dari juniornya ini. Junior yang telah menyalakan api cinta di hatinya.

+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:17
Gmpang kok dek,
Kk siap kok  ngsh km  bimbingan. Km mau?
Tiap hr sabtu n minggu qta latian brng. Ok?
D tepi danau blkang skolah.
 
 









Beberapa menit kemudian, ponsel Firda berbunyi nyaring.

+6285746822xxx
Jnr Danang
18-Ags-11 20:22
Iya sdh kk.
Q mw.
 
 





Yess!! Dalam hati Firda girang sekali. Karena lewat ide gilanya ini ia akan sering bertemu dengan Danang. Dan dengan mudah melancarkan aksi PDKT-nya.
*****

Sabtu, 20 Agustus 2011
Di tepi danau belakang sekolah

            Hari ini adalah awal dari pelaksanaan les morse privat untuk Danang. Danang telah menunggu di bawah pohon sambil memegang sebotol air mineral di tangannya. Tak lama setelah itu Firda muncul dengan langkah tergopoh-gopoh.
            “Maaf kakak telat.” Masih mengatur nafasnya yang naik turun.
            “Dari mana saja sih kak? Udah hampir lumutan nih nungguin.”
            “Yee,,,, ngelawan ya. Awas kamu ya. Kakak nggak mau ngajarin baru tau rasa.”
            “Iya…iya…kak. Jangan marah dong. Ntar kalo’ marah imutnya hilang loh kak.” Saat itu juga wajah Firda memerah. Danang pun semakin menjadi-jadi mengerjai Firda.
            “Sudah…sudah… ayo kita mulai.”
            Firda mulai memberi materi morse dari dasar hingga akhir yang ia bisa. Selain berniat mengerjai Danang, Firda juga ingin membuat Danang bisa menguasai semua materi dalam bidang kepramukaan. Jadi ia harus menurunkan semua ilmunya yang ia punya kepada orang yang ia cintainya ini.
*****
            Setelah tiga kali pertemuan, Danang pun sudah mulai lumayan bisa menguasai materi morse. Ia sudah  bisa memberikan kode isyarat kepada Firda dengan menggunakan morse.
            “/-.-/.-/-.-/ (Kak)” Panggil Danang dengan menggunakan morse.
            “/.-/.--./.-/..--../ (Apa?)” Jawab Firda juga dengan menggunakan morse.
            “Kakak Cantik.” Jawab Danang dengan masih menggunakan morse. Kembali Danang membuat wajah Firda memerah. Akhir-akhir ini Danang memang sering menggombali Firda dengan cara-cara seperti itu. Yang tentu saja berhasil membuat wajah Firda memerah seperti kepiting rebus.
*****

Minggu, 17 Juni 2011
Di tepi danau belakang sekolah

            Danang dan Firda duduk berdua di bawah pohon di tepi danau belakang sekolah. Mereka duduk dalam keheningan yang mendominasi. Firda masih membuat Danang menunggu dan bungkam. Tanpa berani berbicara sepatah kata pun. Akhirnya, Firda pun membuka percakapan.
            “Sebentar lagi aku lulus Danang. Tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu. Tapi tak bisa. Aku tak mampu. Tapi sekarang mungkin sudah waktunya. Aku akan mengatakan apa itu. Agar hatiku bisa tenang ketika aku pergi.”
            “Sudahlah kak. Katakan saja apa yang ingin kakak katakan. Tidak usah membuang waktu. Banyak nyamuknya nih.” Jawab Danang dengan diselipi joke-joke yang memang agak jayus.
            “Aku…emmh..…Danang, aku cinta kamu. Sejak awal kita berjumpa. Di aula cadika waktu itu. Kamu masih ingat?” Tak henti peluh Firda berjatuhan karena gugup. Danang pun iya. Walaupun Danang hanya diam, tapi peluhnya juga tak henti berjatuhan. Dan wajahnya tampak jelas semakin memerah. Dan itu semua tak dapat tertutupi oleh wajahnya yang berkulit putih.
            Danang hanya diam dan bungkam menanggapi pernyataan Firda. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia masih bingung. Dan masih tidak mampu mencerna kejadian yang ia alami sekarang.
            “Baiklah. Mungkin kamu masih tidak bisa menerima ini semua. Mungkin kamu hanya menganggapku sebagai kakak kan? Aku telah salah mengartikan keakraban kita. Tapi tak apalah. Seenggaknya aku sudah mengeluarkan secuil beban ini dari hatiku. Selamat tinggal Danang. Semoga hari akhirmu di sekolah ini semakin menyenangkan. Dan semoga… ada wanita yang bisa membuatmu bahagia” Firda pun meninggalkan Danang dalam keterpakuan yang tidak bisa diartikan. Dengan langkah gontai dan pelupuk mata masih penuh dengan air mata, Firda memaksakan diri untuk kuat berjalan hingga pulang nanti.
*****
Tujuh tahun kemudian

            Di salah satu mall terbesar di Bandung, Firda kelimpungan membawa barang belanjaannya yang bejibun. Tangan kanan dan tangan kirinya sama-sama membawa sebuah plastik yang isinya sebanyak sampah di TPA Kaliurang. Hingga ia tidak menyadari ada orang yang sedang berjalan dari arah berlawanan. Tak ayal lagi, tabrakan pun terjadi. Brakk!! Semua isi belanjaan milik Firda, jatuh berhamburan memenuhi seluruh lantai di mall tersebut.
            “Aduh!!! Hati-hati dong kalau jalan. Punya mata nggak sih?!” Semprot Firda kesal. Sambil tangannya masih membereskan barang belanjaan yang berserakan.
            “Aduh, maaf mbak. Saya tidak sengaja.”
            “Seperti ini kamu bilang tidak se…” Ucapannya terhenti begitu melihat seseorang yang kini berdiri di depannya. Yang juga orang yang menabraknya barusan. Begitu pula orang itu. Ia juga sama kagetnya ketika melihat Firda.
*****
            Orang itu adalah Danang. Junior pramuka dan junior kelasnya yang dulu pernah ia cintai. Kini telah duduk di depan Firda dalam keheningan yang lagi-lagi mendominasi. Pesanan makanan yang mereka pesan pun tak disentuhnya sama sekali. Mereka masih berkemelut dengan pikiran mereka masing-masing.
            “Bagaimana kabar kakak?” Akhirnya Danang yang memulai pembicaraan untuk memecahkan kesunyian ini.
            “Baik. Kabar kamu?”
            “Baik juga.”
            “Aku sudah tahu tentang les morse privat itu kak. Kakak sendiri kan yang mengarangnya biar bisa dekat denganku? Aku salut sama usaha kakak itu.” Sontak wajah Firda memerah menahan malu.
            “Oh, kamu sudah tahu. Iya sih. Jadi malu aku. Oh ya, sama siapa ke sini? Sama pacar kamu?” Tanya Firda yang hanya disambut dengan satu gelengan kepala.
            “Aku masih belum punya pacar kak. Kakak gimana? Udah berdua?” Firda terdiam lalu kemudian ia tersenyum dengan diiringi satu gelengan kepala. Dan jawaban itu berhasil membuat Danang bisa bernafas lega.
            Setelah sepuluh menit diam dalam keheningan, akhirnya mereka pun mulai mengobrol banyak tentang masa-masa SMP mereka dahulu. Masa-masa melakukan les morse privat dan masa-masa saat Firda memarahi anggota kelompok Danang yang pada saat itu tidak memperhatikan ketika ia memberikan instruksi di depan. Namun mereka sama sekali tidak menyinggung peristiwa di tepi danau belakang sekolah pada saat akhir perpisahan. Mereka saling tertawa karena joke-joke yang dibuat oleh Danang. Tapi kenyamanan suasana ini berhenti ketika ada seorang cewek yang tiba-tiba datang dan memeluk Danang.
            “Sayang…kamu ngapain disini? Aku kan udah bilang, tunggu aku di ruang ganti. Huu… malah ditinggal.” Ujar cewek itu tanpa menyadari ada seseorang selain dirinya dan Danang.
            “Siapa ini Nang? Pacar kamu?” Tanya Firda penasaran.
            “Ee…ee…ee…”Lagi-lagi Danang masih bingung menjawabnya. Tetapi jawaban itu sudah membuat Firda mengerti.
            “Oh ya sudah. Mungkin aku mengganggu. Aku pergi dulu ya, Nang.” Ujar Firda pamitan dan pergi dari restoran itu tanpa memberikan kesempatan Danang bicara.
            “Siapa sih cewek itu?” Tanya cewek yang kini berada di samping Danang.
            “Gara-gara kamu nih, Rin. Dia ngambek. Dia ngiranya kamu pacar aku. Padahal kan kamu sepupu aku. Duh….”
            “Ya tinggal jelasin aja ke dia kalau aku sepupu kamu. Beres kan? Lagian dia siapa sih?”
            “Nggak segampang itu Rin. Dia nggak akan gampang percaya. Gimana nih? Kamu sih pakek manggil sayang-sayangan. Dia kan jadi ngira yang enggak-enggak.”
            “Tapi kan aku memang manggil kamu sayang setiap harinya. Siapa sih dia? Kamu cinta ya sama dia?” Pertanyaan itu dijawab Danang dalam kebisuan yang lama. Dan itu telah cukup membuat Rina tau akan jawaban dari sepupunya ini.
“Baiklah akan kubantu menjelaskan ke dia.”
*****

Hari minggu di pagi yang cerah dan indah ini, Firda berjalan di tepi danau tempat ia janjian dengan seseorang yang tidak ia kenal. Awalnya ia ragu untuk memenuhinya, tapi setelah si misterius itu bilang identitasnya sebagai sepupu Danang, Firda jadi semakin yakin untuk mendatanginya.
Di bawah sebuah pohon mangga, telah duduk seorang cewek cantik yang tak asing lagi di mata Firda. Cewek itu adalah cewek yang ia temui di mall kemarin bersama Danang.
“Selamat pagi, Fir.” Sapa Rina.
“Selamat pagi,” Jawab Firda kikuk.
“Kenalin, namaku Rina sepupunya Danang.” Firda terkesiap mendengarnya. Ternyata selama ini ia telah salah sangka terhadap Danang. Dan ternyata cewek itu bukanlah pacar atau orang yang spesial di hati Danang. Melainkan hanya sepupu dekat Danang.
“Oh.” Hanya satu kata itulah yang keluar dari bibir manisnya. Tapi di balik hati kecilnya, ia juga merasakan kelegaan yang luar biasa.
“Aku mengundangmu ke sini hanya untuk menjelaskan kesalah pahaman ini, Fir. Danang memang belum punya pacar. Dan aku bukanlah pacar atau orang yang spesial yang ada di hatinya. Melainkan aku hanya sepupu dekat Danang. Dan aku memang memakai kata ‘sayang’ untuk panggilanku padanya. Jadi jangan salah paham ya.”
“Rina, sepertinya kamu deh yang salah paham. Aku sama sekali nggak marah ataupun ngambek dengar kamu pacar atau sepupunya Danang. Lagian itu semua nggak ada hubungannya sama aku kok. Jadi santai aja.”
“Jangan ngomong seperti itu dong Fir. Aku tahu sebenarnya kamu masih punya perasaan sama Danang. Disini selain aku ingin menjelaskan kebenaran ini, Aku juga ingin membantu sepupuku mengutarakan perasaannya.” Firda tercekat mendengar pernyataan terakhir Rina. Ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud cewek di depannya ini. Belum selesai otaknya mencerna semua kejadian ini, Firda melihat Danang telah berdiri diatas tanah berumput yang telah diukir menyerupai bentuk hati. Yang juga bertuliskan ‘I love you Kak Firda’. Tulisan itu dibuat dari potongan mawar merah dan putih. Yang berdominasi rumput hijau sebagi backgroundnya.
Firda hampir menangis karena terharu melihat semua ini. Ia tak pernah menyangka jika Danang juga mempunya perasaan yang sama dengannya.
Danang berdiri sambil meniupkan peluit birunya beberapa kali. Ia tengah mengungkapkan perasaannya dalam bentuk sandi morse.
Be my girlfriend, kak Firda.” Dalam menggunakan bahasa isyarat morse.
“Aku mau.” Juga dengan menggunakan bahasa isyarat morse. Namun ia bersiul menggunakan bibirnya sebagai pengganti peluit.
“Cihuy!!!” Danang meloncat kegirangan dan berlari ke arah Firda lalu memeluknya. Danang menggendong Firda dan memutar-mutarkan tubuhnya sebagai ungkapan rasa bahagianya.

JJselesaiJJ